Partai Aceh(PA) Menjulang

0 komentar

BLANGPIDIE - Selaku pendatang baru di ranah politik, Partai Aceh (PA) makin memantapkan dirinya sebagai peraih suara terbanyak dalam penghitungan sementara hasil pemilu legislatif yang berlangsung Kamis (9/4). Suara yang diperoleh partai ini terus melejit dan mendominasi di hampir 18 dari 23 kabupaten/kota yang terdapat di Aceh.

Pantauan Serambi hingga menjelang pukul 00.00 WIB tadi malam, PA sudah terdeteksi unggul di Kota Banda Aceh, Sabang, Lhokseumawe, Kota Langsa, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh Utara, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan, dan Aceh Barat Daya (Abdya). Di Aceh Tamiang, PA menempati peringkat kedua setelah Partai Demokrat (PD), sedangkan di Aceh Tenggara dan Aceh Singkil, PA justru terpental oleh dominasi Partai Golongan Karya (Golkar).

Juru Bicara PA, Drs Adnan Beuransyah, Jumat (10/4) kemarin malah mengekspose persentase kemenangan sementara untuk masing-masing kabupaten/kota dimaksud. Di Kota Banda Aceh, menurutnya, kemenangan PA mencapai 65%, Pidie 55%, Pidie Jaya 90%, Bireuen 98%, Aceh Utara 95%, Lhokseumawe 97%.

Disusul Aceh Timur 90%, Langsa 75%, Aceh Jaya 70%, Aceh Barat 75%, Nagan Raya 80%, Abdya 75%, Aceh Selatan 75%, Simeulue 70%, Gayo Lues 70%, Bener Meriah dan Aceh Tengah 48%. Yang tak kalah menariknya, meski berdasarkan penelusuran Serambi di Aceh Singkil dan Aceh Tenggara justru Partai Golkar yang unggul, tapi Adnan tetap mengklaim bahwa perolehan suara PA di Aceh Singkil justru 65% dan Aceh Tenggara 60%.
“Jika dirata-ratakan, berdasarkan hitungan quick count dari saksi-saksi kami di setiap daerah itu, maka PA memperoleh kemenangan 70% untuk DPRA. Angka yang sama untuk DPRK juga diperoleh di Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, dan beberapa daerah lainnya. Sedangkan di Aceh Tenggara, Aceh Tengah, Bener Meriah, kemenangan PA sesuai quick count itu di atas target kami,” ujar Adnan dalam konferensi pers di Kantor DPP Partai Aceh, Banda Aceh, Jumat (10/4).

Berikut, bukti awal keunggulan PA di sejumlah kabupaten/kota yang dihimpun tim Serambi:

Bireuen
Untuk caleg DPRK Bireuen, PA mendominasi, disusul PD. Padahal, pada Pemilu 2004, Bireuen merupakan basis PAN.

Menurut Ketua Tim Koordinasi Pemilu Bireuen, Ir Nasrullah Muhammad MT, melalui wakilnya, Hamdani A Gani, untuk caleg DPRK Bireuen, suara sementara yang diraih PA di tiga kecamatan adalah 5.643 suara, disusul Partai Bintang Reformasi (PBR) 541, PD 385, Partai Persatuan Pembangunan (PP) 306, dan Partai Bulan Bintang (PBB) 267. Sedangkan untuk caleg DPRA, PA unggul dengan 6.111 suara, disusul Demokrat 411, PKS 290, PPP 278, Partai SIRA 201, dan Golkar 154 suara.

Bener Meriah
Berdasarkan data sementara, di Bener Meriah juga para caleg PA yang unggul, disusul Partai Golkar, Partai Daulat Aceh (PDA), PAN, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), dan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB). Demikian dikatakan Ketua KIP Bener Meriah, Ahmadi SK SE, kemarin.

Namun, komposisi yang demikian kemungkinan bakal ada perubahan, karena belum semua surat suara masuk dari TPS ke panitia pemilihan kecamatan (PPK) dan ke KIP Bener Meriah.

Kota Langsa
Monitoring yang dilakukan KIP Langsa menunjukkan bahwa PA bersaing ketat dengan PD memperebutkan posisi teratas untuk menempatkan wakil mereka di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh dan DPRK Langsa. Setelah PA dan PD, disusul PKS dan Golkar untuk DPR Aceh. Sedangkan untuk DPRK Langsa, posisi PA dan PD, dibayang-bayangi oleh PDIP, PKS, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Golkar, serta Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). “Itulah hasil monitoring kami,” kata Ketua KIP Langsa, Agusni AH.

Sementara itu, untuk anggota DPR RI, PD berada di peringkat teratas dengan perolehan 60% suara, disusul Golkar, PKS, Hanura, Gerindra, dan PDIP.

Aceh Timur
Ketua KIP Aceh Timur, Hafsah SH yang dikonfirmasi Serambi juga membenarkan bahwa PA sementara ini unggul. Namun, karena ada penghitungan ulang untuk tiga TPS di Paya Palas, masing-masing TPS II, III, dan IV, kemungkinan terjadi perubahan prosentase.

“Penghitungan ulang dilakukan karena ada komplain dari salah satu caleg Golkar. Setelah dihitung pada TPS II ternyata ada 10 suara yang hilang dari 72 suara. Sekarang baru TPS II yang selesai dihitung,” ujar Hafsah via telepon selulernya kemarin siang.

Aceh Tamiang
Di kabupaten yang merupakan perbatasan Aceh dengan Sumut ini, PA juga mendulang sukses. Namun, kemenangannya beda tipis dengan PD, disusul PPP dan PAN.

Data untuk caleg DPRA hingga pukul 17.30 WIB kemarin, di posisi pertama PA dengan perolehan 2.795 suara, disusul PD 785 suara, PPP 137, Golkar 123, PKS 100, PAN 85, Gerinda 67, dan PRA 65 suara.

Untuk DPRK Tamiang pun PA unggul dengan perolehan suara 1.817, disusul PD 543, PPP 226, PAN 129, PKS 116, dan Golkar 100 suara.

Pidie Jaya
Sampai Jumat (10/4) malam, hasil perolehan suara pemilu legislatif dari sejumlah kecamatan di Pidie Jaya (Pijay), belum satu pun yang masuk ke KIP setempat. Otomatis lembaga tersebut belum bisa menyampaikan informasi perolehan suara sementara kepada publik.

Fuadi Iskar, anggota KIP Pijay, yang dihubungi Serambi tadi malam mengatakan, hingga pukul 22.00 WIB, belum satu kecamatan pun sampai hasilnya, apalagi ke KIP. KIP memperkirakan, paling cepat, Sabtu (11/4) sudah diperoleh hasil dari kecamatan.

Namun, hasil penelusuran Serambi ke sejumlah desa kemarin menggambarkan bahwa secara umum, PA yang menang. Di Gampong Lueng Bimba Meurahdua, misalnya, untuk DPRK setempat PA meraih 243 suara, PAN 31 suara, dan PBB 27 suara. Disusul PBR 23 suara, Gerindra 12 suara, serta Golkar 8 suara.

Tingkat DPRA, PA meraup 291 suara, Golkar 26 suara, PPP 16 suara. Sedangkan untuk DPR RI, justru PD yang unggul.

Pidie
Berdasarkan data dari 910 TPS di Pidie yang didapat Serambi kemarin, hasil pemilu legislatif di Pidie didominasi PA. Bahkan angkanya mencapai di atas 70 persen, baik untuk kursi DPRK maupun DPRA, kemudian disusul Partai Daulat Aceh (PDA).

Sedangkan untuk partai nasional, yang lebih unggul adalah PD, dibuntuti PKS, dan PAN.

Sabang
Berdasarkan data Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informasi (Dishubkominfo) Sabang dan sejumlah sumber lainnya Jumat kemarin, PA dilaporkan unggul dengan agregat suara dari dua dapil lebih dari 4.000. Posisi PA dibuntuti Golkar dengan hasil sementara lebih dari 3.500 suara. Di tempat ketiga, PD dengan perolehan 1.476 suara, dan PAN 837 suara.

Ketua PA Sabang, Zulkifli H Adam, yang ditanyai terkait dengan perolehan suara partainya, mengaku optimis partai tersebut mampu meraih 7 kursi di DPRK Sabang. “Terima kasih atas kepercayaan masyarakat terhadap Partai Aceh. Kita menginginkan partai ini ke depan menjadi partai yang baik,” ujarnya.

Aceh Jaya
Ketua KIP Aceh Jaya, Yusrizal Usman, juga mengungkapkan berdasarkan pemantauan dan data sementara dari PPK diperoleh fakta bahwa PA unggul dengan perolehan sekitar 70% lebih suara. Tapi rekapitulasi masih terus dilakukan. Dalam waktu dekat, diharapkan rampung, baru diplenokan untuk menetapkan nama-nama caleg pemenang pemilu. Sementara itu, Kapolres Aceh Barat, AKBP Linggo Wijanarko dan Kapolres Persiapan Aceh Jaya, Kompol Hasanuddin mengatakan pelaksanaan pemilu di wilayah mereka berjalan baik dan aman serta tidak ditemukan hal-hal yang tak diinginkan.

Aceh Barat
Ketua KIP Aceh Barat, Mahrizal, mengatakan berdasarkan hasil pemantauan dan informasi dari masing-masing TPS di wilayahnya, PA memperoleh suara tertinggi, disusul PD, PKS, dan partai lainnya. Namun, sejauh ini, KIP setempat belum bisa memberikan hasil pasti, sebab masih direkap di PPS. Dari PPS baru diteruskan ke PPK di tingkat kecamatan, kemudian diteruskan ke KIP. Direncanakan, pleno hasil pemilu di kabupaten itu dilaksanakan sesuai jadwal, yakni pada 16 hingga 20 April 2009.

Aceh Barat Daya
Suara untuk caleg PA sangat dominan di Aceh Barat Daya (Abdya). Di daerah pemilihan (dapil) I Abdya (Kecamatan Babahrot 38 TPS dan Kuala Batee 48 TPS), PA unggul dan dibayang-bayangi oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI).

Perolehan suara PA juga dominan di wilayah dapil II (Kecamatan Blangpidie 51 TPS, Susoh 54 TPS, dan Jeumpa 23 TPS). Namun, di sejumlah TPS dalam dapil II PA mendapat saingan ketat dari PD dan beberapa partai lain.

Suara PA juga dominan di dapil III (Kecamatan Setia 19 TPS, Tangan-Tangan 29 TPS, Manggeng 34 TPS, dan Lembah Sabil 24 TPS). Di sejumlah TPS dalam dapil III ini, PA mendapat saingan berat dari Partai Demokrat, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Golkar, dan Partai Matahari Bangsa (PMB).

Aceh Selatan
Di kabupaten ini, suara untuk caleg DPRK dan DPRA dimenangi PA, sedangkan untuk DPR RI didominasi PD. Dominasi suara PA tersebar di Kecamatan Labuhan Haji, Labuhan Haji Barat, Labuhan Haji Timur, Kluet Utara, Bakongan Timur, Bakongan Timur, Trumon, hingga Trumon Timur.

Untuk sementara, suara untuk caleg DPRA dari PA di dua dapil Aceh Selatan mendapat 3.150 suara (58,35%) dan DPRK meraih 2.432 suara (48,51%).

Sementara suara PD untuk DPR RI 1.580 suara (42,23%), DPRA 296 suara (5,48%) dan DPRK 189 suara (3,77%). Selanjutnya disusul PAN untuk DPR RI sebanyak 859 suara (22,96%), DPRA 295 suara (5,46%) dan DPRK 395 suara (7,88%). Demikian dirincikan Ketua KIP Aceh Selatan, Lian Azwin.

PA klaim kemenangan
Sementara itu, Jubir PA, Adnan Beuransyah, mengharapkan masyarakat, simpatisan dan caleg PA tidak euforia terhadap kemenangan partai itu.

Menurutnya, berdasarkan perhitungan cepat (quick count) PA, partai nomor urut 39, memperoleh 70% suara untuk DPRA.

Adnan menyampaikan hal itu saat konferensi pers dengan wartawan di Kantor PA, Banda Aceh, Jumat (10/4). “Kami berharap masyarakat tidak larut dalam euforia, melainkan bersyukur atas hasil ini. Insya Allah nanti kami juga membuat syukuran khusus setelah ada hasil final dari KIP Aceh,” katanya.

Ditanya kenapa rata-rata pemilih di Aceh memilih PA dan PD, Adnan mengatakan PA tidak berkoalisi dengan partai nasional itu. Menurut Adnan, hal itu mengindikasikan rakyat Aceh percaya kepada caleg PA duduk di parlemen dengan harapan menyejahterakan masyarakat Aceh.

“Pemilih di Aceh cerdas. PA adalah partai milik rakyat Aceh yang telah berjuang untuk rakyat sejak 32 tahun lalu. Sedangkan kemenangan Partai Demokrat mengindikasikan masyarakat Aceh masih senang dengan Presiden SBY. Beliau dianggap sebagai tokoh perdamaian Aceh yang telah banyak membawa perubahan untuk kemakmuran masyarakat Aceh,” jelasnya. (sal/fs/nun/muk/yuh/is/riz/ag/az/c31)

Di kutip dari http://www.serambinews.com

Sejarah Ringkas Turunya Quran

0 komentar


Apakah Al-Quran Itu.

quran asal kata qara'a yaqra'u quran. Kata Al Qur’an itu berbentuk masdar yakni isim maf’ul yaitu maqru’(dibaca).

Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata "Qur’an" dalam arti demikian pada ayat 17, 18 surah (75) Al Qiyaamah:

yg Artinya:
Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. kerana itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya".
Kemudian dipakai kata "Qur’an" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini.

Adapun definisi Al Qur’an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah"

Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w. tidak dinamakan Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. atau Injil yang diturun kepada Nabi Isa a.s. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadis Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur’an.

Bagaimanakah al-Quran itu diwahyukan.
Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan keadaan. di antaranya:

1, Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surah (42) Asy Syuura ayat (51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur’an surah (53) An Najm ayat 13 dan 14.

Artinya:

Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain, Ketika ia berada di Sidratulmuntaha.

Hikmah diturunkan al-Quran secara beransur-ansur

Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur itu ialah:

1. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan riwayat ‘Aisyah r.a.

2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).

3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menayakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an ayat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu:

· mengapakah Al Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus

· Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri:

· demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu

5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu pendapat atau perbuatan, sebagai dikatakan oleh lbnu ‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.


Ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah

Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur’an itu dibagi atas dua golongan:
1. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.

2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.

Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 86 surah, sedang ayat-ayat Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 28 surah.

Perbedaan ayat-ayat Makiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:

1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur’an ayat-ayatnya berjumlah 1,456, sedang ayat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur’an jumlah ayat-ayatnya 4,780 ayat.

Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali ayat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang juz 29 ialah Makkiyyah kecuali ayat (76) Addahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan surat Asy Syu’araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya yang berjumlah 227.

2. Dalam ayat-ayat Madaniyyah terdapat perkataan "Ya ayyuhalladzi na aamanu" dan sedikit sekali terdapat perkataan ‘Yaa ayyuhannaas’, sedang dalam ayat ayat Makiyyah adalah sebaliknya.

3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketata negaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum antara agama dan lain-lain.

Nama-nama al-Quran

Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur’an yang berarti "bacaan".

Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di atas.
Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al lsraa’ ayat 88; surat (2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat (27) An Naml ayat 6; surat (46) Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21 dan surat (76) Addahr ayat 23.

Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

Selain Al Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, sepcrti:
1. Al Kitab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya; "Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya…." Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.

2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang batil", sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh alam"

3. Adz-Dzikir. Artinya: "Peringatan". sebagaimana yang tersebut dalam surat (15) Al Hijr ayat 9 yang artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir dan sesungguhnya Kamilah penjaga-nya" (Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44. Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur’an". Selain dari nama-nama yang tiga itu dan lagi beberapa nama bagi Al Qur’an. lmam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur’an, diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.

Surah-surah dalam al-Quran
Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (tauqifi).

Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.

· Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi 1. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang Yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.

2. Al MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud, Yusuf, Mu’min dsb.

3. Al MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat seperti: Al Anfaal. Al Hijr dsb.

4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, AL Falaq, An Nas. dsb.

g. Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.

· Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:
(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf. (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) lbrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam. (11) Thaaha. (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15) A1’Ankabuut, (16) Ar Ruum. (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa. (24) Az Zukhruf (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf. (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan ‘Fawaatihushshuwar’ artinya pembukaan surat-surat.

..................................................................................................................................

Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA