Kenyataan Umat Islam

0 komentar
(Tulisan di bawah ini saya buat belasan tahun lalu. Dari segi data tentu ada yang harus dikoreksi, di-update, ditambah, diperluas. Tapi saya belum punya waktu untuk itu. Meskipun demikian, dari sisi pesan, mudah-mudahan masih terasa hangat dan bermanfaat).


KENYATAAN UMAT ISLAM

a. Jumlah

Dari 5,5 miliar penduduk bumi, jumlah umat Islam ada 1,3 miliar (= 23 persen penduduk bumi). Ada pula yang mengatakan cuma 1,1 miliar. Semua tersebar di 120 negara di dunia. Dari jumlah sekian itu, 69% (760 juta) terdapat di Asia, sisanya tersebar di seluruh dunia, dengan catatan bahwa di dunia Arab sendiri cuma meliputi jumlah 15% dari keseluruhan jumlah tersebut. Menurut beberapa edisi harian Republika tahun 1996, di Cina yang dikenal sebagai “negara tirai bambu”, yang dikuasai pemerintah komunis yang anti agama, terdapat 20 juta muslim,[1] di wilayah bekas Uni Soviet sekitar 50 juta, di India 80 juta, di Indonesia lebih dari 150 juta (ada juga yang mengatakan 180 juta), di Afrika 300 juta, di Eropa 32 juta, di Amerika Utara 5,5 juta, di Amerika Latin 1,3 juta, dan di Oseania 0,4 juta.

b. Tempat tinggal

Umat Islam tersebar mulai dari Maroko di sebelah utara sampai Indonesia di sebelah selatan. Itu bila bicara tentang umat Islam dalam kelompok-kelompok besar. Tapi bila bicara tentang orang-orang beragama Islam, saat ini, di mana-mana di seluruh dunia, sampai di pulau-pulau kecil pun, dapat dijumpai komunitas Islam dalam jumlah sedikitnya 15-20 orang. Boleh dikatakan saat ini tak ada tempat di dunia yang tidak ada orang Islamnya. Bahkan di kalangan bangsa Eskimo yang tinggal di kutub utara pun ada kaum muslimin dari suku Indian merah. Di Cina kaum muslimnya kebanyakan tinggal di daerah Ningxia, Cina utara.

c. Negara-negara Islam

Negara-negara Islam, dalam arti yang berpenduduk mayoritas umat Islam, saat ini berjumlah antara 42 sampai 46 negara. Yang terbanyak jumlah penduduknya adalah Indonesia, disusul Bangladesh, Pakistan, Turki, dan Mesir. Sedangkan yang paling sedikit adalah Maldive Island yang beribukota Male, dengan jumlah penduduk kira-kira di bawah 200 ribu orang.

Di antara negara-negara itu, yang menyatakan diri secara resmi sebagai Republik Islam adalah Pakistan, Mauritania, dan Iran. Yang lainnya mempunyai bentuk pemerintahan monarki absolut (kerajaan model lama, yang rajanya mempunyai kekuasaan mutlak), monarki konstitusional (kerajaan tapi mempunyai lembaga perwakilan rakyat?), dan republik.d. Kualitas umat Islam

Peran umat Islam di dunia kurang menonjol, alias tidak nampak. Dengan jumlahnya yang cukup besar, sumbangan muslim bagi Produk Domestik Bruto dunia tidak mencapai empat persen. Ini adalah ukuran sederhana untuk menyatakan bahwa umat Islam tertinggal jauh oleh umat-umat lain.

Di Timur Tengah ada negara-negara Arab yang sangat kaya seperti Saudi Arabia dan Kuwait. Namun kebanyakan negara-negara yang dihuni umat Islam secara mayoritas masih hidup paspasan. Contohnya Bangladesh, Pakistan, Afrika, dan Indonesia.

Timur Tengah yang indentik dengan Islam, yang semestinya menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, yang terjadi malah sebaliknya. ”Tiap berkunjung ke Timur Tengah, saya merasa sedih,” kata Habibie dalam harian Republika. “Saya tahu kalau itu semua negara Islam. Tapi keadaannya tidak mencerminkan demikian. Situasinya lebih runyam dari absolut monarchy.”

Di Indonesia, mutu SDM umat Islam menempati posisi paling rendah, walau untuk ukuran Asia Tenggara. Ekspor kita yang paling besar adalah pembantu umahtangga. Di Saudi Arabia, TKW kita yang jadi pembantu sudah hampir setengah juta orang.

Alamsyah Ratu Perwiranegara waktu menjadi Menko Kesra menyatakan bahwa perbandingan sarjana S3 umat Islam dengan umat-umat lain adalah 1:10. Nurcholis Madjid, dalam acara diskusi buku Islam Inklusif di Masjid Cut Mutiah, Jakarta, 27 Januari 1998, dengan mengutip Baiquni, mengatakan bahwa SDM umat Islam Indonesia memang masih memprihatinkan. Di negara maju seperti AS, Israel, dan Jepang, jumlah doktornya mencapai 6.500 per satu juga penduduk. Negara miskin seperti India, mempunyai 1200 doktor per satu juga penduduk. Sedangkan Mesir 400 per satu juta, dan Turki 300 per satu juta. Jumlah doktor di Indonesia hanya 65 orang per satu juta penduduk, dan dari sekian itu hanya sepuluh persen (6,5) yang beragama Islam. Yang keadaannya lebih buruk dari umat Islam Indonesia hanyalah negara-negara kulit hitam di Afrika.

Rendahnya mutu SDM di kalangan umat Islam berakibat langsung pada rendahnya kemampuan menguasai teknologi tinggi, sehingga umat Islam menjadi konsumen teknologi dari negara-negara maju. Salah satu penyebabnya adalah karena anggaran untuk pengembangan iptek dan SDM di banyak negara Islam masih kecil sekali jumlahnya. Hal itu terjadi tentu karena umumnya mereka miskin, tapi yang paling menentukan adalah kecilnya kesadaran akan pentingnya peningkatan SDM tersebut.

“Kaum muslim dewasa ini tidak mencerminkan Islam yang sebenarnya,” kata Dr. Abdullah Naseef, seorang tokoh Islam di Saudi Arabia. “Di Setiap negara memang ada komunitas-komunitas kecil yang sungguh-sungguh taat pada ajaran Islam, tapi kaum mayoritasnya justru melanggar prinsip-prinsip dasar Islam… Dewasa ini kita menyaksikan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan kaum muslim di banyak negara. Ini memberi citra buruk, dan mengancam risalah Islam. Jadi, umat Islam menderita dari dalam akibat ulah mereka sendiri. Mereka melakukan kediktatoran dan ketidakadilan.”

“Problem kaum muslim dewasa ini adalah tingkah laku mereka, baik tingkah laku personal maupun cara mereka menata masyarakat, dan sebagainya, yang tidak sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah. Sudah dipengaruhi oleh banyak ideologi non-Islam, dan ini sudah berlangsung lama sekali, bahkan sebelum datangnya zaman imperialisme,” kata Dr. Ja’far Syaikh Idris, seorang teolog dan filsuf Sudan.[2]

e. Konflik

Umat Islam selalu terlibat konflik, alias perselisihan, pertengkaran, dan bentrokan. Di Arab, konflik terjadi antar negara dan dalam setiap negara. Ahmad Bahar dalam harian Republika tanggal 27 Juni 1996 menyebutkan bahwa problem mendasar dari hal itu adalah _perbedaan ideologi_, baik ideologi keagamaan maupun ideologi lainnya. Sebagai contoh, konflik antara negara penganut ideologi sosialis dengan nasionalisme sekuler. Atau juga konflik masalah keagamaan, seperti antara Syiah dan non Syiah, dan banyak lagi.

Contoh konflik dalam negara dan antar negara di Timur Tengah yang paling segar adalah yang terjadi Afganistan. Selama Dua abad Afganistan diperintah oleh para raja; sampai akhirnya pada tahun 1973 Raja Zahir Sah digulingkan lewat kudeta militer yang dipimpin saudara sepupunya, Muhammad Daud, yang selanjutnya menjadi presiden pertama Afganistan. Tapi ia cuma bertahan sekitar 5 tahun. Nur Muhammad Taraki yang berhaluan Komunis melakukan kudeta pada tahun 1978. Tapi tahun berikutnya Taraki terbunuh, Hizbullah Amin jadi presiden. Masih tahun itu juga (1979) Amin dieksekusi, lalu Babrak Karmal yang didukung tentara Soviet menjadi presiden. Kemudian, setelah sekitar l0 tahun bercokol di Afganistan, tentara Soviet diusir mujahidin Afganistan yang mendapat bantuan persenjataan dari Pakistan, Amerika, Arab Saudi, Mesir, Cina, dan lain-lain. Keberhasilan Mujahidin mengusir tentara Soviet dari Afganistan menjadi kisah heroik yang dibangga-banggakan umat Islam sedunia. Tapi apa yang terjadi setelah itu? Setelah mengusir tentara Soviet, orang Afganistan melakukan perang saudara. Dalam perang melawan rejim komunis, lebih sejuta warga Afganistan tewas. Dalam perang saudara yang berlangsung dari tahun 1992 sampai l996, jatuh pula korban tak kurang dari 300 ribu orang. Afganistan dicabik-cabik oleh masalah kesukuan, ideologi, dan kedaerahan. Di Kabul dan beberapa provinsi di sekitarnya berkuasa etnis minoritas Tajik yang berbahasa Persia dipimpin Rabbani-Masoud yang ‘moderat’. Di selatan dan timur berkuasa etnis Pushtun yang dipimipin Hekmatyar yang konservatif. Di barat berkuasa etnis minoritas Hazara yang berbahasa Dari dan berpaham Syi’ah Imamiyah dan berhaluan politik Iran. Di utara berkuasa etnis minoritas Uzbek yang berbahasa Turki yang dipimpin Abdul Rashid Dostam, mantan anggota komunis.

Di tengah anarki ini, para santri dan ustad yang frustrasi membentuk organisasi Taliban yang bertujuan mendirikan pemerintahan yang mereka sebut berdasar syari’ah Islam murni. Setelah berjuang sekitar 2 tahun, Taliban yang didirikan seorang mulah senior, Muhammad Umar Akhun, akhirnya berhasil menduduki ibukota Afganistan, Kabul, pada tanggal 27 September 1996. Sehari kemudian mereka menghukum gantung presiden Najibullah, yang konon juga memerintah berdasar hukum Islam.

Keberhasilan Taliban itu segera disambut kecaman dari Moskow, dan Iran. Iran, misalnya, tidak menyukai Taliban yang beraliran Sunni, yang jelas bersikap keras dan anti Syi’ah. Selain itu, Iran juga menganggap Taliban sebagai boneka musuh-musuh besarnya, Saudi Arabia dan Amerika. Sedangkan Rusia takut pemerintahan Islam revolusioner di Afganistan akan menggoncang stabilitas para tetangganya di utara. Pendeknya, kemenangan Taliban tidak menjanjikan kedamaian bagi rakyat Afganistan. Adu kekuatan internal maupun eksternal masih akan terus berlangsung.

Penyebab konflik lainnya di Timur Tengah adalah perebutan pengaruh. Para pemimpin atau penguasa Arab cenderung ingin menancapkan pengaruh kepada negara-negara Arab lain, sehingga timbul kondisi saling menyinggung harga diri.

Penyebab ketiga dari konflik itu, menurut Ahmad Bahar, adalah pengaruh luar. Khususnya yang berkaitan dengan negara-negara yang ingin mengambil keuntungan ekonomi dari negara-negara Arab, dengan cara mengadu-domba dan menimbulkan ketergantungan negara-negara Arab tertentu kepada mereka.

f. Madzhab-madzhab

Dalam bidang aqidah dan ilmu kalam:

1. Kharijiyah, golongan yang semula mengikuti Ali bin Abi Thalib menentang Muawiyah, lalu keluar karena tidak menyetujui sikap Ali terhadap Muawiyah.

2. Murji’ah, golongan yang bersikap pasif dalam masalah khilafah; memandang pihak Muawiyah maupun Ali tetap muslim, dan menyerahkan penilaian tentang mereka kepada Allah di akhirat nanti. Mereka akhirnya secara tidak langsung menjadi pendukung Muawiyah.

3. Syi’ah, golongan yang berpandangan bahwa hanya keturunan Rasulullah yang berhak menjadi khalifah.

4. Jabbariyah, golongan yang berpandangan bahwa manusia itu majbur (terpaksa), tidak mempunyai ikhtiar, kemauan dan kuasa, karena semua telah ditentukan Allah.

5. Qadariyah, golongan yang berpandangan sebaliknya dari Jabbariyah.

6. Mu’tazilah, golongan yang dibentuk oleh Wasil bin Atha, yang i’tizal (memisahkan diri) dari gurunya, Hasan Al-Basri.

7. Ahlu-Sunnah wal-Jama’ah, golongan yang mengambil jalan tengah di antara Jabbariyah dan Qadariyah.

8. Ahmadiyah, golongan pengikut Mirza Ghulam Ahmad. Terbagi menjadi: Ahmadiyah Qadyani, yang menganggap Mirza sebagai nabi, dan Ahmadiyah Lahore, yang memandang Mirza hanya mujadid (pembaru).

9. Salafiyah, golongan yang berpegang pada apa yang tertulis dalam Quran, tidak mau menta’wil Quran, dan tidak mau mencampurnya dengan filsafat.

Dalam bidang syari’ah dan ilmu fiqh:

1. Hanafiyah, pengikut Imam Abu Hanifah; terdapat di Turki, Afghanistan, Asia Tengah, Pakistan, India, dan Mesir.

2. Malikiyah, pengikut Imam Malik; terdapat di Afrika Utara, Mesir, dan Sudan

3. Syafi’iyah, pengikut Imam Syafi’i; terdapat di Arabia Selatan, India Selatan, Muangthai, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.

4. Hanbaliyah, pengikut Imam Ahmad bin Hanbal; terdapat di Afrika Tengah, Siria, dan beberapa derah lain di Afrika.

Dalam bidang tasauf:

1. Qadiriyah, golongan yang memuliakan Abdul Qadir Al-Jilani, sampai ada yang menyembahnya seperti menyembah Allah. Terdapat di Afrika Utara, Asia Kecil, Pakistan, india, dan Indonesia.

2. Rifa’iyah, pengikut Muhammad Ar-Rifa’i. Tarikatnya berupa penyiksaan diri, seperti mengiris dan menusuk badan dengan iringan dzikir.

3. Sadziliyah, pengikut Abul-Hasan Ali As-Sadzili, yang silsilahnya dihubungkan dengan Hasan bin Ali.

4. _Naqsabandiyah_, pengikut Muhammad An-Naqsabandi.

5. _Syattariyah_, pengikut Abdullah Asy-Syattari.

6. Tijaniyah, pengikut Abul Abbas Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar At-Tijani, ulama Al-Jazair.

7. Sanusiyah, pengikut Muhammad Ali As-Sanusi; yang menolak segala pengaruh luar, baik politik maupun agama.

Pembagian madzhab-madzhab ke dalam kelompok aqidah/ilmu kalam, syari’ah/fiqh, dan tasauf ini jelas menggambarkan hasil penafsiran atas Hadis Jibril yang menguraikan tentang Iman, Islam, Ihsan, dan Sa’ah (qiamat). Kita lihat di atas bahwa dalam bidang aqidah saja ada 9 madzhab (aliran), dalam bidang syari’ah/fiqh ada 4 madzhab, dan dalam bidang tasauf ada 7 madzhab. Ini cuma angka-angka yang terungkap di sini. Sebenarnya jumlah madzhab-madzhab itu jauh lebih banyak lagi.

Setiap penganut madzhab aqidah tertentu pasti cenderung pada suatu madzhab syari’ah/fiqh dan tasauf tertentu. Atau tepatnya, setiap madzhab aqidah masing-masing melahirkan madzhab fiqh dan tasauf tersendiri. Hal ini terjadi karena semua berpendapat bahwa Iman (aqidah), Islam (syari’ah), dan Ihsan (akhlak/tasauf) ketiganya saling melengkapi. Jelasnya, pengakuan iman seseorang (yang dirumuskan dalam Rukun Iman harus diikuti dengan tindakan nyata berupa pelaksanaan (syari’at) Islam (yang dirumuskan dalam Rukun Islam). Pernyataan iman dengan menjalankan syari’at saja dianggap belum sempurna, karena sifatnya masih terlalu dangkal alias kurang bermakna. Dikatakan bahwa syari’at hanya menyentuh ibadah-ibadah lahiriah. Karena itu harus dilengkapi dengan tasauf, yang merupakan satu metode untuk mengisi batin. Bahkan dikatakan bahwa dengan tasauf kita bisa mengenal Allah sedekat-dekatnya, sampai menyatu denganNya.

g. Umat Islam di Malaysia

Uraian berikut ini adalah ringkasan dari bab ”Agama” dalam buku Rakyat Melayu Nasib Dan Masa Depannya, karya S.Husin Ali, terjemahan Canisyus Maran dari buku aslinya yang berbahasa Inggris, The Malays Their Problems and Future, terbitan Inti Sarana Aksara, Jakarta, 1985. Gambaran kenyataan umat Islam di malaysia ini akan membuat kita seperti berdiri di depan cermin yang bening, yang memantulkan bayangan kenyataan umat Islam di Indonesia:

Di negeri ini hampir semua orang Melayu beragama Islam. Meskipun kepercayaan Hindu tersebar luas di bagian dunia ini beberapa abad lalu, jarang terdengar bahwa orang Melayu beragama Hindu. Ini cukup berbeda dengan di Indonesia, di mana penyebaran agama Hindu dan kebudayaannya telah merangkul banyak penganut terutama di Jawa Timur dan Bali. Pengaruh Islam terhadap orang Melayu telah mendarah daging. Sejak mereka melepaskan kepercayaan animisme dan menerima Islam pada masa kerajaan Malaka, orang-orang Melayu tidak pernah lagi beralih ke agama lain. Sebelum dan sesudah kedatangan orang-orang Inggris, misi Kristen cukup aktif, terutama melalui sekolah-sekolah. Orang-orang Melayu enggan menyekolahkan anak-anaknya pada sekolah menengah Inggris, karena khawatir anak-anaknya masuk Kristen. Tapi kemudian hari mereka lebih bijaksana dan bersedia memasukkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah Inggris. Tak seorang pun murid Melayu menjadi Kristen. Tidak demikian halnya dengan Cina dan India. Banyak dari mereka meninggalkan agamanya dan me-nerima Kristen atau sekurang-kurangnya memakai nama-nama Kristen.

Orang Melayu yang coba pindah agama, akan mendapat sanksi dan hukuman berat dari keluarga serta lingkungannya. Kenyataan bahwa tidak pernah terdengar pertikaian dalam keluarga atau lingkungan mengenai masalah ini, membuktikan bahwa bangsa Melayu memegang teguh kepercayaan Islamnya. Meskipun demikian, sikap individu-individu secara orang per orang terhadap agama cukup berbeda. Ada yang percaya sepenuhnya dan tekun menjalankan ibadahnya, tetapi ada juga orang-orang yang kepercayaannya hanya dangkal saja dan tidak menjalankan ibadah sama sekali. Meskipun dalam kenyataannya mereka dilahirkan sebagai orang muslim. Kita sudah melihat banyak orang Melayu yang jarang beribadah atau berpuasa sebagaimana diajarkan oleh jaran Islam, tetapi cepat tersinggung jika agama Islam dikritik, terutama oleh orang non-Melayu. Ada juga orang-orang Melayu yang tidak mengenal “ABC”-nya Islam, yang dilihat dari segi agama hidup dalam dosa, tetapi bila ditanya apa iman kepercayaannya, maka dengan bangga mereka akan menjawab, “Saya orang muslim.” Konstitusi melarang bujukan terhadap orang Melayu untuk meninggalkan agama Islam. Jika ada seorang Melayu meninggalkan agama Islam, meskipun atas kemauannya sendiri, maka konsekuensinya cukup berat (Konstitusi II, 4).

Meskipun orang-orang Melayu beragama Islam, pengaruh kepercayaan tradisional masih melekat kuat pada mereka. Manifestasi dari kepercayaan itu dapat terlihat dalam berbagai aspek kehidupan bangsa Melayu, sosial, ekonomi, politik, medis, dan bahkan dalam masalah percintaan sekalipun. Kepercayaan tradisional yang tersebar luas dalam kalangan Melayu dewasa ini merupakan kelanjutan dari sistem kepercayaan sebelum masuknya agama Islam di daerah ini. Sukar sekali merekonstruksi sistem kepercayaan lama, yang didasarkan pada apa yang disebut animisme. Dalam kepercayaan animisme orang percaya bahwa ada beberapa kekuatan adikodrati yang mendiami dan melindungi segala sesuatu di sekitar kehidupan manusia, di gunung-gunung, lereng gunung dan bukit, danau, kali, sungai, lautan, langit, pohon, dan batang pohon. Orang lantas memanjatkan berbagai macam permohonan kepada kekuatan-kekuataan itu, melalui orang-orang yang ahli dalam urusan adikodrati itu dan menjadi tempat berlindung semua umat manusia.

Secara sepintas kiranya jelas bahwa kepercayaan animisme bertentangan dengan ajaran Islam. Tetapi bagaimana bisa terjadi bahwa animisme sampai sekarang masih ada di kalangan masyarakat Melayu. Mengapa orang-orang Melayu dengan keyakinan Islamnya, masih juga mengandalkan kepercayaan tradisional itu? Pertanyaan itu dapat dijawab, jika kita mau melihat sistem kepercayaan atau agama ini dari tiga aspek: Ritus, para pemimpin, dan ajarannya. Ketiga aspek ini tidak terpisahkan, bahkan berkaitan satu sama lain. Dalam setiap aspek tersebut dapat dilaksanakan adanya proses pertentangan dan penyesuaian antara kepercayaan tradisional dan agama Islam.

Dalam perkawinan ada beberapa upacara yang menuntut pemborosan biaya, yaitu mubazir yang bersifat kesombongan, meskipun sahnya perkawinan dilakukan dengan ijab-kabul kedua mempelai di hadapan para saksi.

Dalam bertani, ada beberapa upacara pada waktu tanam, pada waktu tanaman sudah tumbuh, dan pada waktu panen. Di beberapa daerah, pada waktu tanam padi petaninya mengumpulkan bibit, beras kuning, dan padi, lalu memohon berkah melalui seorang dukun atau pawang. Kemudian bibit padi itu ditanam di kebun dengan doa permohonan sebagai berikut: “Salam ya Bapakku udara dan ibuku pertiwi, peliharalah permata kami ini.” Beras kuning ditaburkan di kebun dengan membaca doa selawat tiga kali. Cara mengobati penyakit akibat roh jahat atau setan dilakukan dukun dengan menggunakan kain kuning atau hitam, untuk mendera badan pasien. Dukun membaca syair-syair magis yang dicampur dengan kalimat bismillah dan penganggungan Allah serta nabi. Beberapa doa penyembuhan lainnya ada yang berbahasa Arab, kadang-kadang ayat Al-Quran, untuk mengusir roh jahat atau jim muslim.

Yang memegang peranan penting dalam upacara seperti di atas disebut pawang atau bomoh (dukun). Mereka memperoleh ilmu sihir (magis) melalui orangtua, mimpi, bertapa, dll. Beberapa di antara tidak tahu banyak tentang Islam, tapi ada juga yang taat beribadah, dan mengatakan bahwa sumber ilmu mereka adalah Islam, terutama Quran.

Mereka yang menggunakan Quran umumnya mudah diterima di pedesaan oleh petugas atau pejabat keagamaan seperti imam, guru agama, dll. Sebaliknya yang tidak menggunakan Quran dicurigai…

Karena kepercayaan tradisional masih berakar kuat di kalangan masyarakat Melayu, tidak salah kalau dikatakan bahwa pada umumnya kepercayaan Islam mereka hanya dangkal saja. _Sukarnya terletak pada sejarah Islam sendiri dan pada perkembangannya di daerah ini. Islam disebarkan di wilayah ini secara informal dan kurang sistematis.

Semasa puncak kejayaan Kerajaan Malaka, posisi Islam erat hubungannya dengan kekuasaan kerajaan itu. Sultan mendatangkan guru agama didatangkan dari Saudi Arabia atau India, untuk mengajar para aristokrat dan kepala suku. Rakyat biasa hanya mengikut saja. Karena itu mereka tidak mendapat pengertian tentang hukum dan filsafat Islam. Pola perkembangan ini juga terjadi pada waktu kesultanan Aceh. Tapi setelah jatuhnya kerajaan-kerajaan itu, dan kemudian dilanjutkan dengan ekspansi kolonialisme, keadaannya berubah. Namun Islam telah menjadi bagian integral dari kehidupan dan kebudayaan Melayu. Telah diwariskan dari generasi ke generasi dan telah berhasil menarik sebagian besar pengikut di antara rakyat Melayu. Suatu jalur penting yang dipakai untuk menyebarkan agama Islam adalah keluarga.

Lain dengan kehidupan di pedasaan, penduduk perkotaan umumnya tidak begitu peduli masalah ibadah. Mereka bebas berbuat sesuka hati, umapamanya bergandengan tangan dengan pacarnya, menonton film pada waktu ibadah Jum’at, minum bir, berjudi, dll. Banyak tempat diadakan untuk berbuat sesuatu yang dianggap dosa oleh orang Islam. Posisi Islam apa pun kekuasaannya di negeri ini tidak mempunyai kontrol yang efektif terhadap semua kegiatan itu. Di samping itu, jenis pekerjaan dan jam kerja di beberapa pabrik atau departemen membuat pera pekerja sulit menjalankan ibadah secara rutin, dan hanya orang-orang patuh saja yang bersedia mengganti waktu sembahyangnya setelah mereka sampai di rumah. Terlebih lagi, pengaruh pendidikan umum membuat anak-anak bersikap sinis terhadap peranan agama dan pemimpin-pemimpinnya.

Orang-orang tingkat menengah dan atas di perkotaan kepercayaan Islamnya telah dilemahkan oleh cara hidup modern kebarat-baratan yang masuk bersama kolonialisme dan bertahan sampai sekarang. Para kapitalis yang berkeinginan kuat mencari uang dengan cepat membangun hotel-hotel, tempat rekreasi, dan pusat perjudian, yang semua menyediakan fasilitas pelacuran dan macam-macam perbuatan mesum lainnya. Tapi menurut mereka itu semua tidak jadi masalah. Yang penting mereka dapat menarik turis lebih banyak, pendapatan negara meningkat, rakyat menjadi semakin kaya. Dengan cara yang sama, berbagai macam mode pakaian membanjiri pasaran, diiklankan dengan mengeksploitir gambar gadis-gadis muda yang seksi. Proses subversi kebudayaan tersebar luas, melemahkan moral dan keyakinan agama.
[1] Data terakhir menurut Esa Gao Zhanfu, Vice President China Islamic Institute, muslim Cina saat ini berjumlah sekitar 21 juta jiwa dengan jumlah masjid sekitar 35.000 unit. Ada 10 institute agama Islam, ratusan sekolah bagi kalangan rakyat untuk belajar bahasa Arab dan kebudayaan Islam. (harian Kompas, 29-5-2008).



[2] Wajah-Wajah Islam, Mizan, 1992.

———————————-

Berita baru (3-11-2009) dari website Hizbut-Tahrir Indonesia (HTI):
Muslim Dunia 1,5 Milyar, Umat Islam Masih Tertindas

The Pew Forum on Religion and Public Life dalam laporannya baru-baru ini menyodorkan data tentang jumlah Muslim dunia melonjak hampir 100 persen dalam beberapa tahun ini. “Rata-rata di tiap negara bertambah dari semula 1 juta menjadi 1,8 juta penganut,” tulis laporan terbaru tentang riset yang dilakukan selama tiga tahun itu.

Angka pastinya, menurut laporan itu, jumlah penganut Islam di seluruh dunia saat ini mencapai 1,57 miliar jiwa. “Kini, hampir satu dari empat penduduk dunia mempraktikkan ajaran Islam,” tulis laporan dengan judul “Mapping the Global Muslim Population.”

Indonesia disebut-sebut dalam laporan itu merupakan negara dengan populusi muslim terbesar di seluruh dunia , lebih kurang 203 juta atau 13 persen dari seluruh penduduk Muslim dunia. Sebanyak 60 persen jumlah Muslim dunia tinggal di kawasan Asia, bukan di Timur Tengah, tempat asal ajaran agama ini.

Eropa disebut sebagai negara yang pertumbuhan jumlah penduduk Muslimnya sangat cepat. Kini benua itu menjadi rumah bagi 38 juta Muslim, atau lima persen dari seluruh populasi. Jumlah penduduk Muslim di Jerman lebih kurang 4 juta orang, hampir sama dengan jumlah gabungan Muslim di Amerika Utara dan Selatan. Tahun 2050 jumlah penduduk muslim di Eropa kemungkinan mencapai 30 %. Di Benua Amerika, sebanyak 4,6 juta Muslim tinggal di sana dan hampir separuh dari jumlah itu ada di Amerika Serikat. Sedang di Kanada jumlah Muslimnya mencapai 700 ribu jiwa, atau 2 persen dari seluruh populasi.

The Pew Forum on Religion and Public Life juga menyodorkan data yang cukup mencengangkan. Misalnya saja, jumlah penduduk Muslim di German ternyata lebih banyak dari Lebanon, Muslim di Cina lebih banyak dari Suriah, dan Muslim di Russia lebih banyak dari gabungan jumlah Muslim di Yordania dan Libya.

Peniliti Pew sendiri kaget terhadap data yang mereka dapat. Brian Grim, peneliti senior di proyek Pew Forum, sangat terkejut dengan perkembangan jumlah Muslim ini—ia mengatakannya langsung kepada CNN. “Jumlahnya melebihi apa yang saya perkirakan,” ujarnya. “Ada negara yang kami perkirakan tak ada umat Muslimnya, ternyata jumlahnya sangat besar,” ujar Alan Cooperman, associate director Pew Forum, seraya menyebutkan India, Russia, dan China.

Menurut Cooperman, sementara orang berpikir bahwa populasi Muslim di Eropa lebih banyak imigran, itu hanya terjadi di Eropa bagian barat saja. “Sisanya di Russia, Albania, Kosovo, dan yang lainnya, adalah penduduk Asli. Lebih dari separuh Muslim di Eropa adalah penduduk asli.”Cooperman juga mengatakan terkejut mendapatkan populasi Muslim di Afrika bagian gurun Sahara. Ada 240 juta Muslim di sana—dan itu artinya 15% dari jumlah keseluruhan Muslim di dunia.

Dalam beberapa hal laporan “Mapping the Global Muslim Population.” Ini tentu saja menggembirakan. Meskipun kondisi dunia Islam masih menyedihkan ditambah dengan upaya sistematis untuk menciptakan stigma negative terhadap Islam dan umat Islam dengan tuduhan teroris, populusi muslim masih terus bertambah. Sayangnya kita tidak mengetahui, berapa orang muslim yang berganti agama. Mengingat kuatnya gerakan pemurtadan di negeri-negeri Islam. Perlu dicatat, populuasi Kristen di dunia masih paling tinggi diperkirakan mencapai 2,1 milyar .

Lepas dari data-data statistik ini, yang jelas jumlah muslim yang mencapai 1,5 milyar dunia secara kualitas masih menyedihkan. Negeri-negeri Islam secara umum adalah populasi dengan jumlah penduduk miskin yang tinggi seperti nasib umat Islam di Afrika (Ethopia, Nigeria, Somalia) , Asia (Pakistan, Bangladesh, India, termasuk Indonesia). Padahal negeri-negeri Islam secara umum kekayaan alamnya melimpah ruah. Tingkat kebodohan di dunia Islam masih tinggi.

Secara politik jumlah yang besar tersebut pun tidak membuat umat Islam menjadi negara adi daya di dunia. Meskipun sudah merdeka secara formal, namun sebagian besar negeri Islam masih belum independen , masih dijajah, tertindas dan tunduk kepada kepentingan negara-negara imperialis. Sebagian besar penguasa negeri-negeri Islam adalah penguasa dictator yang represif dan mengabdi ke Barat.

Maka tidaklah mengherankan meskipun jumlahnya besar umat Islam tidak bisa membebaskan diri atau membebaskan saudaranya yang ditindas diberbagai kawasan dunia Islam seperti Chechnya, Irak, Afghanistan, Pakistan, Thailand Selatan , Philipina Selatan, Turkistan Timur (Xianjiang), Bosnia, atau Palestina. Umat Islam belum bisa berbuat banyak menghentikan kekejaman Israel di jalur Gaza yang membunuh ribuan umat Islam dalam beberapa minggu.

Padahal jumlah penduduk Israel hanya 8 juta. Bandingkan dengan hanya gabungan Iran (74 juta) , Irak (30 juta), Suriah (20 juta) , Saudi Arabia (25 juta) , Yaman (23 juta ) , Mesir (79 juta) saja populasi muslim hampir mencapai 251 juta. Artinya kalaulah diambil 10 % saja menjadi tentara, berarti ada 25 juta tentara yang bisa digerakan untuk membebaskan Palestina. Tapi itu tidak terjadi. Karena tidak ada yang memobilisasi tentara yang demikian banyak itu.

Apa yang digambarkan oleh hadist Rosulullah untuk melihat kondisi umat Islam saat ini sangatlah tepat. Seperti makanan yang dikerubungi oleh musuh-musuhnya yang buas. Padahal jumlahnya banyak. Rosulullah menggambarkan umat Islam bagaikan buih dilautan, banyak tapi lemah.

Umat Islam sesungguhnya telah diberikan oleh Allah SWT dengan segala kebaikan untuk menjadi negara adi daya di dunia Islam. Umat Islam memiliki potensi dengan jumlah pululasi yang besar, kekayaan alamnya melimpah, secara geopolitik posisi negeri Islam sangatlah strategis, umat Islam juga memiliki ideology yang shohih yakni Islam. Umat Islam tinggal butuh satu saja, yakni negara Khilafah yang menyatukan dan menerapkan ideology Islam.

Walhasil jumlah yang besar atau kenaikan populasi muslim tidak berarti apa-apa tanpa ada yang menyatukan dan mengorganisir umat Islam . Disinilah kenapa seruan penegakan Khilafah menjadi sangat relevan untuk menyatukan umat Islam dan menerapkan syariah Islam yang akan mengatur (mengorganisir) umat Islam . Dengan khilafah potensi umat yang besar dan berserakan itu akan menjadi kekuatan yang dahsyat untuk menyelamatkan negeri Islam tertindas dan mensejahterakan dunia. Allahu Akbar ( Farid Wadjdi)


Lihat sumber aslinya di:
http://ahmadhaes.wordpress.com/

Perpecahan Umat

0 komentar
Mengapa Umat Islam Terpecah-Belah?

Saya dengar ada sebuah Hadis yang mengatakan bahwa agama kita akan pecah menjadi 73 golongan. Benarkah?

Bila yang anda tanyakan Hadisnya, memang benar ada Hadis yang mengatakan hal seperti itu, dan perpecahan itu memang sudah terjadi. Tapi bila bicara soal jumlah pecahan agama kita, seorang teman mengatakan bahwa menurut data yang ditemukannya di internet, jumlah pecahan agama kita itu mencapai 3000an.

Bukan main! Tapi, mengapa bisa begitu? Maksud saya, mengapa berita Hadis – perkataan Rasulullah – bisa berbeda dengan kenyataan?

Sebenarnya tidak ada perbedaan. Justru perkataan Rasulullah itu tepat sekali, karena menurut para ahli, dalam bahasa Arab angka tujuh itu sering digunakan untuk menyebut jumlah yang banyak atau sangat banyak. Jelasnya, angka tujuh ada kalanya dijadikan ungkapan untuk menyebut jumlah yang banyak atau banyak sekali.

O, begitu! Kemudian soal perpecahan itu, saya pernah mendengar seorang alim besar mengatakan bahwa perpecahan itu tidak perlu membuat kita berduka cita, karena walaupun berpecah menjadi banyak aliran, semua tetap disebut Rasulullah sebagai umatku.

Itu pemikiran yang menggelikan. Mungkin orang alim yang anda maksud itu sedang bercanda. Bila “umat-ku” (ummatï) itu saya umpamakan se-buah gelas, lalu gelas itu jatuh di lan-tai dan pecah menjadi banyak beling, apakah anda akan tetap mengatakan beling-beling itu sebagai gelas?

Tentu tidak. Paling banter saya akan menyebutnya sebagai mantan gelas.

Ya! Bekas gelas berarti bukan gelas lagi. Bila kita gunakan gelas sebagai contoh, Rasulullah mengata-kan “gelasku” akan pecah menjadi “73” beling, dan beliau tidak mengatakan bahwa “73 beling” sebagai “gelasku”.

Tapi, saya kira, perumpamaan gelas itu kurang tepat; karena katanya dalam hadis itu disebutkan ada satu golongan yang selamat, tidak masuk neraka.

Anda benar. Perumpamaan gelas saya gunakan hanya untuk menegaskan bahwa perpecahan itu adalah sesuatu yang disesali oleh Rasulullah, bukan sesuatu yang dibenarkan atau dianggap sah-sah saja. Tegasnya, dalam Hadis itu sebenarnya Rasulullah sedang memberikan peringatan bahwa menurut sejarah (historis) perpecahan itu sesuatu yang niscaya (hampir pasti) terjadi, dan beliau tidak bisa mencegah, apalagi setelah beliau wafat. Jadi, boleh dikatakan bahwa perpecahan itu sesuatu yang bakal terjadi sebagai perulangan sejarah.

Apakah Rasulullah menyebutkan bahwa perpecahan itu memang merupakan perulangan sejarah?

Dalam Hadis tersebut, beliau memulai dengan menyebutkan Yahudi di urutan pertama, kemudian Nasrani, setelah itu baru disebutkan umatnya sendiri. Bila hal itu merupakan perulangan sejarah, berarti Hadis itu hanya berisi berita, bukan peringatan. Beliau mengatakan bahwa pada saat umatnya pecah menjadi 73 golongan, ada satu golongan yang selamat. Selainnya celaka! Di situlah letak peringatannya.

Maksud anda? Dengan mengatakan bahwa ada satu golongan dari 73 pecahan, maka kita diingatkan oleh Rasulullah agar kita masuk ke dalam golongan yang satu itu.

Nah! Justru di situ sulitnya. Semua golongan, apakah jumlah-nya 73 atau 3000an, masing-masing kan mengaku sebagai pihak yang benar, pihak yang selamat! Saya jadi bingung.

Karena itu, jangan bicara masalah pengakuan, atau mengaku-aku. Pengakuan itu kan kata dasarnya “aku”, atau “ego” dalam bahasa Latin, atau “ana” dalam bahasa Arab. Pengakuan itu subyektif, yaitu berhubungan dengan segala gagasan dan perasaan yang ada dalam batin kita (ideas, feelings that exist in the mind), yang belum tentu ada dalam kenyataan. Selagi kita bersikap subyektif, maka selama itu kita akan merasa bahwa kitalah yang benar, orang lain salah semua. Tidak ada yang benar kecuali aku!

Apakah Rasulullah, dalam Hadis itu, memberikan batasan atau kriteria untuk pihak yang selamat itu?

Ya. Batasannya begitu jelas; dan saya kira tidak membuka peluang bagi masuknya “setan aku-aku”, yang suka mengaku-aku bahwa dirinya be-nar dan orang lain salah. Jelasnya, mari kita perhatikan Hadisnya! Saya menemukan beberapa Ha-dis yang berkaitan dengan masalah perpecahan tersebut. Ini Hadis Abu Daud:

hadis

“Camkanlah bahwa orang sebelum kalian dari kalangan Ahli Kitab telah terpecah menjadi 72 millah dan sungguh millah ini (agama Islam) akan pecah menjadi 73 golongan. 72 golongan di Neraka dan satu golongan di Jannah, yaitu Al-Jama’ah.”

Ini Hadis Ibnu Majah:

hadis2

“Yahudi telah pecah menjadi 71 firqah (golongan). Satu firqah di Jannah, dan 70 firqah di Neraka. Nasrani juga pecah menjadi 72 firqah. 71 firqah di Neraka, dan 1 fir-qah di Jannah. Sungguh, demi Dia yang menguasai diri Muhammad (Allah), umatku ini benar-benar akan pecah menjadi 73 firqah. Satu firqah di Jannah, dan 72 firqah di Neraka.” Maka Rasulullah ditanya, “Siapakah mereka (yang di Jannah itu)?” Jawab Rasulullah, “Al-Jama’ah.”

Itulah contoh-contoh dari sejumlah Hadis yang bernada sama; yaitu berbicara tentang perpecahan yang terjadi pada Yahudi dan Nasrani, yang juga terjadi pada umat Islam. Dalam kedua Hadis yang anda kutipkan itu disebutkan bahwa yang selamat dari neraka adalah al-jama’ah.

Adakah penegasan dari Rasulullah tentang apa yang disebut dengan istilah al-jama’ah itu?

Dalam sebuah Hadis lain , Rasulullah menggambarkan al-jama’ah itu sebagai ma ana ‘alaihi wa as-hãbi (ما أنا عليه و أصحابى), yaitu “sesuatu”, yang di dalamnya terdapat Rasulullah bersama para sahabat beliau.

O, jadi yang dimaksud adalah jama’ah yang dibentuk oleh Rasulullah sendiri?

Ya! Itulah jama’ah yang sebenarnya, jama’ah teladan.

Tapi, identitas jama’ah Rasulullah itu kan sudah tidak jelas lagi, karena sudah terkubur dalam waktu belasan abad.

Para pembangun jama’ah awal, yang selanjutnya harus diteladani itu memang merupakan umat yang sudah lewat selama belasan abad dari kita. Tapi, bila anda katakan bahwa identitas mereka sudah tidak jelas lagi, itu salah besar. Identitas mereka masih ada, dan amat jelas, karena direkam Allah dalam Al-Qurãn.

Benarkah? Bisa anda sebutkan ayat-ayat yang merekam identitas jama’ah Rasulullah itu?

Ada banyak ayat. Untuk sementara kita ambil salah satunya, yaitu gambaran yang terdapat dalam surat Al-Fath ayat 29:

alfath-29

Muhammad, Rasulullah, serta para pengikutnya, bersikap tegas terhadap kaum kafir seraya berkasih-sayang dengan sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari ka-runia dan ridha Allah. Ciri mereka tampak pada penampilan mereka, yang membuktikan bahwa mereka adalah orang-orang yang patuh (su-jud). Begitulah gambaran mereka dalam Taurat maupun Injil (yaitu sama dengan gambaran mereka da-lam Al-Qurãn). Mereka berkembang (menjadi besar dan banyak) seperti halnya tanaman mengeluarkan tunas-nya, yang kemudian bertambah kuat dan besar; lalu batangnya pun tegak lurus menjulang, sehingga menakjub-kan para penanamnya; dan dengan pertumbuhan mereka itu Allah mem-buat dongkol orang-orang kafir. (de-ngan demikian) Allah menjanjikan kepada orang-orang beriman, yakni mereka yang berbuat tepat (sesuai ajaran Allah) bahwa dari mereka pasti muncul perbaikan hidup serta anugerah yang besar tiada tara.

Saya lihat dalam ayat ini ada enam ciri jama’ah Rasulullah. Pertama, sikap tegas terhadap orang kafir. Tapi harap dicatat bahwa tegas atau keras di sini lebih dititikberatkan pada ketegasan pendirian yang tidak kenal kompromi dalam menegakkan kebenaran. Namun dalam pergaulan sebagai sesama manusia, siapa pun diperlakukan secara ba-ik oleh setiap muslim. Dengan kata lain, tegas di sini juga berarti adil, baik terhadap diri sendiri, golongan sendiri, maupun orang dan golongan lain.

Tapi, bisakah dikatakan baik dan adil bila kita bersikap keras?

Tadi sudah saya katakan bahwa keras yang dimaksud adalah tidak kenal kompromi dalam menegakkan kebenaran. Harap anda catat bahwa kebenaran itu, bila ditegakkan, pasti akan menguntungkan semua orang. Sebaliknya, bila sudah ada kompromi dalam penegakan kebenaran, celakalah semua orang.

Saya masih belum mengerti maksud anda.

Contohnya adalah pelaksanaan hukum cambuk di Aceh b eberapa yaktu lalu, yang menimbulkan perdebatan, antara lain karena hukum itu tidak berlaku bagi semua orang yang terbukti bersalah. Jelasnya, ada sebagian dari mereka yang bersalah tidak dikenai hukum cambuk karena mereka bisa membayar denda. Dengan demikian, timbul kesan bahwa hukum itu hanya berlaku bagi orang-orang miskin. Di sinilah saya melihat ada semacam kompromi dalam penegakkan kebenaran. Kalau memang ada pilihan antara dicambuk dan membayar denda, uang dendanya tentu harus mahal, sehingga benar-benar memberatkan pelaku.

Bila contohnya kasus hukum cambuk di Aceh, saya kira itu tidak cocok dengan karinah (konteks) ayat tersebut, karena yang disebut dalam ayat itu adalah sikap tegas atau keras terhadap orang kafir.

Dalam sebuah Hadis disebutkan bahwa seseorang tidak akan berzina atau mencuri bila pada saat ia berbuat itu dia dalam keadaan beriman. Jelasnya, kekafiran itu pada hakikatnya melekat pada orang yang melakukan pelanggaran hukum.

Jadi, yang disebut kafir itu bukan orang yang menolak da’wah Islam?

Secara umum, dari sudut pandang Islam, orang kafir adalah mereka yang menentang atau menolak da’wah Islam. Begitu juga bila anda menggunakan sudut pandang lain. Dari sudut pandang Kristen, misalnya, tentu saja orang kafir adalah orang yang menolak agama Kristen. Kemudian, secara khusus, dalam konteks internal umat Islam itu sendiri, orang Islam yang melakukan pelanggaran hukum pada hakikatnya telah berperilaku seperti orang kafir. Dengan demikian, sikap tegas atau keras itu pada hakikatnya ditujukan pada perilaku kafir itu sendiri, yang kadang justru hinggap pada orang yang mengaku mu’min.

Tapi, barangkali ajaran inilah yang menyebabkan sebagian orang Islam bersikap garang terhadap orang-orang non-Islam!

Oh! Jangan keliru! Nabi Muhammad memberikan contoh bahwa ketegasan itu harus diberlakukan secara tidak pandang bulu, tapi juga harus proporsional (pada tempatnya). Dalam Piagam Madinah, misalnya, beliau menegaskan bahwa setiap penjahat harus dihukum, walau dia adalah keluarga sendiri. Karena itulah beliau juga menegaskan bahwa seandainya putri beliau mencuri, maka beliau akan memotong tangannya (Fathimah). Di Madinah, beliau memimpin penyerangan dan pengusiran terhadap Yahudi, karena mereka sebelumnya sudah terikat dalam peraturan yang disepakati bersama, yaitu Piagam Madinah. Nabi bersikap tegas dan keras terhadap mereka karena mereka melanggar kesepakatan itu.Saya kira, apa yang dilakukan Nabi itu pastilah akan dilakukan oleh setiap orang yang memahami arti penegakan hukum.

Jadi, orang Islam yang melakukan tindakan teror adalah orang yang tidak memahami hukum itu?

Ya. Gampangnya begitulah. Tapi, ingat, perkara terorisme bukan masalah sederhana. Ini sudah menyangkut politik internasional, berkaitan dengan trik-trik militer, bahkan mungkin tidak terpisahkan dari isu benturan peradaban yang diungkapkan Samuel Huntington dalam bukunya yang terkenal itu.

Wah, jadi melantur nih!

Ya. Sekarang kita kembali kepada pembicaraan kita tentang ciri-ciri al-jama’ah yang dibentuk oleh Rasulullah bersama para sahabatnya. Saya ulangi, ciri pertama, ketegasan terhadap orang orang kafir atau kekafiran. Itu sudah kita bahas. Ciri kedua adalah berkasih-sayang dengan sesama muslim. Ini tuntutan mutlak untuk membuktikan iman. Dalam hal ini Rasulullah sampai harus menegaskan bahwa kita belum berhak mengaku mu’min sebelum kita mencintai saudara seiman seperti mencintai diri sendiri. Kemudian, ciri ketiga, ruku’ dan sujud mencari karunia dan ridha Allah. Ini bukan ruku’ dan sujud dalam shalat ritual, tapi gambaran sikap keseharian seorang mu’min yang serba penuh kepatuhan terhadap Allah dalam setiap geraknya, yang di sini dilambangkan dengan ruku’ dan sujud. Ciri keempat, bekas sujud pada wajah. Ini juga tidak bisa dipahami dalam pengertian harfiah. Kata wajhun, yang jamaknya, wujuhun (وجح) tidak selalu berarti paras, tapi bisa juga berarti jalan, arah, pihak, maksud, segala yang tampak (= segi atau aspek). Bahkan juga bisa berarti pemimpin kaum.

Lalu, dalam konteks ayat itu, pengertian mana yang cocok?

Karena yang dibicarakan di sini adalah ciri-ciri al-jama’ah yang dibentuk Rasulullah bersama para sahabatnya, maka wujuh (jamak dari wajh) di sini tentu segala segi atau aspek dari ‘tampilan’ mereka secara keseluruhan, yang merupakan pancaran dari kepatuhan (sujud) mereka terhadap Allah.

Jadi bukan warna hitam pada muka seseorang, sebagai bukti bahwa ia banyak bersujud?

Saya kira, bukan! Sebab, yang begitu sih bisa direkayasa, bisa dibuat-buat.

Maksud anda?

Ada orang yang pernah mengikuti suatu aliran tasauf mengatakan bahwa tanda itu bisa dibuat dengan cara menggosok dahi dengan buah kelapa. Cara lainnya, mungkin dengan menekankan kepala agak keras di lantai ketika bersujud, dan waktunya diperlama dengan mengulang bacaan sujud puluhan kali.

Apakah hal itu pernah dilakukan Rasulullah?

Sayangnya, tidak! Kita belum menemukan Hadis yang menceritakan bahwa di dahi Rasulullah ada tanda hitam bekas sujud. Selain itu, ciri shalat Rasulullah adalah berdirinya yang lama, bukan sujudnya.

Terus, apa ciri yang kelima?

Ciri kelima dari jama’ah Rasulullah adalah bahwa mereka mempunyai kesamaan dengan jama’ah Musa (Taurat) dan Isa (Injil), dan tentu juga dengan jama’ah para rasul yang lain. Dengan demikian, jelaslah bagi kita bahwa jama’ah para rasul Allah itu mempunyai ciri yang sama, meskipun mereka hidup di zaman-zaman yang berbeda. Terakhir, dan saya kira ini yang paling penting untuk digaris-bawahi; jama’ah Rasulullah itu, apakah rasulnya bernama Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, dan seterusnya sampai Muhammad, semua tumbuh dan berkembang seperti tanaman.

Jelasnya bagaimana?

Bila tanaman tumbuh dan berkembang biak dari satu benih atau biji, jama’ah Rasulullah juga demikian. Mereka bermula dari satu benih, menjadi sebatang pohon, yang selanjutnya melahirkan tunas-tunas baru, yang semakin lama semakin banyak. Ketika dari satu pohon itu telah berkembang biak menjadi banyak pohon yang menutupi sebidang tanah, maka tanah itu pun berubah menjadi kebun, yang dalam Al-Qurãn disebut dengan istilah jannah; dan kita menerjemahkannya menjadi sorga.

Wah, saya jadi bingung. Dari uraian anda, saya menangkap gambaran bahwa sorga itu adalah kumpulan manusia.

Tepat! Memang itu yang saya maksud.

Tapi, bukankah sorga itu adalah nama sebuah tempat di alam akhirat nanti?

Ya, itulah konsep yang kita terima selama ini. Dalam kaitan dengan alam setelah kita mati, mungkin benar bahwa jannah itu adalah sebuah tempat, yang kita belum tahu di mana letaknya. Tapi dalam konteks kehidupan kita sekarang, di dunia ini, jannah itu mempunyai dua arti. Pertama, istilah jannatun atau al-jannatu berasal dari kata kerja janna, yang berarti menutupi. Kemudian, mengapa jannatun atau al-jannatu belakangan jadi berarti kebun atau taman? Menurut sahibul hikayat, yang direkam dalam kamus Al-Munjid, seperti yang saya katakan tadi, yang disebut kebun atau taman itu pada hakikatnya adalah sebidang tanah yang tertutup berbagai tumbuhan. (الجنة ج جِنان و جنّات: الحديقة ذات الشجر قيل لها ذلك لسترهاالأرض بظلالها).

Baiklah, itu asal-usul istilah kebun atau taman. Tapi, saya tidak mengerti bila anda menyamakan jama’ah dengan kebun atau taman.

Anda salah tanggap. Saya tidak menyamakan, hanya mengibaratkan. Pengibarat itu juga bukan berasal dari saya, tapi dari Allah, dari ayat yang sedang kita bahas. Allah mengibaratkan proses pertumbuhan dan perkembangan jama’ah Rasulullah seperti proses tumbuh kembangnya tanaman; yaitu bermula dari benih, jadi sebuah pohon, lalu pohon itu menghasilkan tunas-tunas, yang selanjutnya tumbuh menjadi pohon-pohon baru. Setelah menjadi banyak, pohon-pohon itu akhirnya menutup sebidang tanah. Tanah yang tertutup pepohonan itu kemudian disebut kebun atau taman.

Kenapa disebut kebun atau taman? Kenapa tidak disebut hutan, misalnya?

Ini ada kaitan dengan urusan rekayasa. Hutan terbentuk semata-mata karena kehendak Allah; walau sekarang ada juga hutan buatan manusia. Kebun atau taman adalah hasil rekayasa manusia; walau fasilitasnya bersal dari Allah juga.

Lalu, apa hubungannya dengan jama’ah?

Pertama, kebun atau taman berasal dari satu benih. Begitu juga jama’ah. Kedua, kebun atau taman adalah hasil rekayasa manusia. Begitu juga jama’ah.

Mengapa jama’ah harus diumpamakan seperti kebun atau taman?

Supaya kita menyadari bagaimana proses terbentuknya sebuah jama’ah, dan selanjutnya memahami pula manfaat jama’ah itu. Yaitu, ibarat kebun atau taman, jama’ah itu harus menghidangkan buah-buahan dan umbi-umbian yang bisa dimakan dan menyehatkan. Selain itu, ia juga harus menimbulkan kesejukan, keteduhan, kenyamanan, keserasian, dan keindahan.

O, begitu ya? Saya baru mengerti di mana letak persamaan jannah dengan jama’ah. Kemudian, bila benih tanaman berbentuk biji, benih jama’ah berbentuk apa?

Ini pertanyaan yang menarik! Benih, dalam bahasa Arab, adalah bazrun. Dalam percakapan, orang Arab mengucapkannya bazr. Ada kemungkinan kata bazr inilah yang dipelesetkan orang Indonesia menjadi biji. Tapi Allah sendiri, dalam Al-Qur-ãn, menyebut benih dengan istilah habbun (حبّ) dan habbah (حبّة), yang huruf-huruf dasarnya sama dengan hubb (حبّ), yang berarti cinta. Nah, benih sebuah jama’ah adalah hubb alias cinta.

Cinta?

Ya! Tepatnya cinta terhadap sebuah konsep.

Cinta terhadap sebuah konsep?

Ya! Cinta terhadap sebuah konseplah yang membuat manusia berhimpun menjadi sebuah jama’ah. Dan benih jama’ah Rasulullah adalah cinta Rasulullah dan para sahabatnya terhadap konsep (ajaran) Allah, yakni Al-Qurãn.

Ya Allah! Bulu kuduk saya merinding!

Mengapa?

Karena selama ini saya tak pernah berpikir bahwa sebuah jama’ah itu terbentuk dari cinta terhadap sebuah konsep, dan bahwa jama’ah Rasulullah terbentuk dari cinta Rasulullah serta para sahabatnya terhadap Al-Qurãn.

Surat Al-Baqarah ayat 165 bahkan menegaskan bahwa cinta yang dimaksud bukanlah sembarang cinta tapi cinta yang luar biasa terhadap ajaran Allah (اشدّ حبّا لله) , yang mengalahkan segala kecintaan mu’min terhadap segala sesuatu yang lain.

Sekarang saya mengerti apa masalah yang paling inti dari perpecahan umat Islam itu! Hal itu terjadi karena mereka tidak mencintai Al-Qurãn. Atau karena kecintaan mereka terhadap Al-Qurãn berbaur dengan cinta terhadap yang lain. Begitu kan?

Mungkin!

Lalu, bila kecintaan terhadap Al-Qurãn berbaur dengan kecintaan terhadap yang lain, apakah itu tidak berarti musyrik?

Secara harfiah, seorang manusia disebut musyrik ketika dia mencampur-aduk sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dengan kata lain, musyrik itu pada hakikatnya adalah sikap mendua, sikap berbagi cinta.

Saya jadi semakin mengerti mengapa perpecahan itu bisa terjadi. Tapi apakah itu terjadi semata-mata karena kecenderungan manusia yang suka mendua hati, atau karena ada faktor-faktor lain?

Tentu ada perpaduan antara kecenderungan manusia dan faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain itu, gampangnya adalah kerja syetan.

Apakah yang anda maksud dengan syetan itu adalah makhluk gaib?

Pertama, ya! Selanjutnya, faktor manusia itu sendirilah yang menentukan. Tepatnya adalah sesuatu yang disebut human error. Kelemahan atau kelalaian manusia. Nah, kalau bicara peran syetan sebagai makhluk halus yang merupakan lawan malaikat, maka human error itulah bidang permainan syetan.

Jelasnya bagaimana?

Kita akan coba melihatnya secara gamblang. Sebagai alat bantu, mari kita pelajari dulu dialektika Hegel.

Apa itu delektika Hegel?

Sebuah teori yang bersumber dari Hegel, filsuf sekaligus ahli sejarah, yang terkenal dengan filsafat sejarahnya.

Apa inti ajaran Hegel?

Hegel mengajarkan bahwa “sejarah bukanlah kejadian tanpa arti, tapi merupakan sebuah proses yang melibatkan peran otak manusia, tepatnya merupakan perwujudan dari semangat manusia untuk meraih kebebasan”. (History is not meaningless chance, but a rational process – the reali-zation of the spirit of freedom). Nah, harap dicatat, semangat manusia untuk mencari kebebasan juga adalah bidang permainan syetan!

O ya? jelasnya bagaimana?

Manusia diciptakan untuk mengabdi. Dus, menjadi makhluk yang terikat, bukan makhluk bebas. Dalam rencana Allah, manusia harus mengabdi kepadaNya. Ingat ayat wa ma khalaqtul- jinna wal-insa illa liya’buni. Ketika ia tidak mau menjadi abdi (hamba) Allah, maka otomatis ia menjadi abdi dari “tuhan-tuhan” lain, meski dalam pemikirannya ia menggap dirinya bebas.

Merasa bebas dari aturan Allah, mengabaikan agama Allah, tapi secara otomatis membudak pada konsep yang lain, di antaranya konsep Hegel, begitu?

Ya!

Kembali pada teori Hegel. Apakah ajarannya mempunyai pengaruh besar bagi manusia di dunia?

Pengaruh Hegel dalam kajian filsafat dan sejarah mungkin sama besarnya dengan pengaruh Freud dalam psikologi. Teori Hegel mewarnai pemikiran semua orang yang memimpikan kebebasan. Tepatnya, teori Hegel amat digandrungi oleh mereka yang tidak menyukai keterikatan pada suatu ajaran baku, karena bagi mereka kebakuan itu tidak ada. Yang ada cuma perubahan dan perubahan. Karena itu mereka selalu mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang kekal, kecuali perubahan.

Jelasnya bagaimana teori Hegel itu?

Dia bilang, segala sesuatu yang ada di alam ini selalu berubah. Segala sesuatu yang ada itu, disebut Hegel sebagai these. Kata Hegel, dalam setiap these selalu ada unsur-unsur yang menentangnya, yang disebutnya antithese. Akibat pertentangan these dan antithese itu, timbullah synthese. Selanjutnya, synthese menjelma menjadi sebuah these baru yang di dalamnya terkandung antithese pula, yang selanjutnya akan melahirkan synthese baru lagi. Begitulah seterusnya. Bagi Hegel, hidup ini pada dasarnya adalah rangkaian these, antithese, dan synthese yang terus sambung-menyambung tak ada hentinya. Belakangan, istilah these atau thesis dalam ejaan Inggris, dibatasi pengertiannya menjadi teori, atau konsep saja. Jadi, dalam satu teori (thesis), terkandung unsur yang menjadi lawan teori itu (antithesis). Ketika thesis bertumbukan dengan antithesis, lahirlah synthesis, yang kemudian menjadi thesis baru lagi, yang di dalamnya terkandung antithesis pula. Begitulah seterusnya.

Kenyataannya memang begitu kan?

Ya. Teori Hegel dianut banyak orang justru karena “sesuai dengan kenyataan”. Tapi perlu dicatat bahwa teori dialektika itu sebenarnya bukan murni teori Hegel.

Maksud anda?

Hal itu sudah ditegaskan Allah dalam Al-Qurãn, dan tentu juga dalam kitab-kitab Allah sebelumnya. Tapi, karena kita baru mengetahuinya dari Hegel, kita lantas sepakat mengakui bahwa yang disebut dialektika itu adalah teori Hegel.

Benarkah bahwa teori itu memang ada dalam Al-Qurãn?

Ya. Pertama, harap dicatat bahwa these atau thesis itu dalam bahasa Arab disebut risãlah, dan pembawa risalah disebut rasul. Dalam surat Al-Furqan ayat 30-31, ketika Nabi Muhammad mengeluh karena menyaksikan kaumnya meninggalkan risalahnya, yaitu Al-Qurãn, Allah menegaskan bahwa setiap nabi memang mempunyai musuh, yaitu para mujrim, alias penjahat, pendosa, gajingan, atau pelanggar hukum.

Lalu apa hubungannya dengan teori Hegel?

Rasul itu dikutus Allah untuk menyampaikan sebuah risalah, yang dalam bahasa Hegel disebut these atau thesis. Nah, risalah atau thesis Allah itu pada dasarnya berisi penjelasan tentang al-haqqu (kebenaran) dan al- bãthilu (kesalahan). Harap diingat bahwa secara harfiah, al-bãthilu itu adalah pembatal, yaitu pembatal kebenaran (al-haqqu). Dalam bahasa Hegel, al-bãthilu itu adalah antithesis!

Mengapa Allah harus menjelaskan kebenaran sekaligus juga kesalahan?

Tentu supaya manusia memilih yang benar dan meninggalkan yang salah.

Tapi yang benar dan salah itu selanjutnya kan menjadi thesis dan antithesis, yang cenderung berbenturan.

Ya. Itu kan sunnatullah. Segala sesuatu diciptakan Allah mempunyai pasangan dan atau lawan. Ketika Allah menjelaskan kebenaran dan kesalahan, tujuanNya tentu supaya manusia memilih kebenaran dan menolak kesalahan.

Tapi ternyata kebanyakan manusia memilih kesalahan!

Melalui penjelasan Allah dalam Al-Qurãn, kita tahu bahwa di situ ada peran mujrimun. Merekalah yang mengembangkan antithesis dan kemudian membenturkannya dengan thesis.

Oh, begitu! Lantas, bila mujrimun mengembangkan kesalahan (antithesis), siapa yang mengem-bangkan synthesis?

Tentu saja si mujrimun juga, cuma kelasnya lebih tinggi. Jelasnya, pengembang kesalahan adalah bajingan kelas teri, yang semata berbuat jahat secara lugu, tanpa polesan apa pun. Pokoknya dia tidak mau yang benar, maunya yang salah saja. Maka dia mengambil yang salah dan menolak yang benar. Sementara pembuat synthesis adalah penjahat berotak, bajingan yang jenius. Mereka tahu bahwa kebenaran yang diajarkan Allah itu beranfaat bagi kehidupan manusia, tapi bila dijalankan secara utuh, apa ada-nya, nafsu jahat tidak bisa bermain di situ. Maka, supaya nafsu jahatnya bisa bermain, diambillah sebagian kebenaran untuk dijadikan selubung kejahatan. Dalam Al-Qurãn, tindakan demikian itu disebut dengan istilah talbisul-haqqa bil-bãthil – meracik al-haqqu dengan al-bãthilu – dengan teknik tu’minûna bi-ba’dhin wa takfurûna bi-ba’dhin, yaitu mengambil sebagian kebenaran yang menunjang kepentingannya, dan mencampakkan bagian lain yang tidak mendukung kepentingannya, yaitu menciptakan adonan yang bernama synthesis itu.

Kalau begitu, synthesis itu adalah kesalahan berselubung kebenaran?

Ya. Dalam konteks risalah Allah, sintesis adalah kesalahan berselubung kebenaran. Itulah yang oleh si mujrim dipromosikan sebagai “kebenaran baru”, yang diajukan sebagai pengganti “kebenaran lama” (risalah Allah).

Kapan kebenaran baru itu diperkenalkan oleh si Mujrim?

Setiap saat; kapan saja mereka melihat kesempatan.

Maksud saya, apakah mereka mengajukan sintesis itu pada saat rasul Allah masih hidup atau seteah sang rasul tiada?

Kalau kita merujuk pada surat Al-Furqan ayat 30-31 tadi, ternyata Nabi Muhammad, di masa hidupnya, sudah mengeluhkan (sebagian) kaumnya yang meninggalkan Al-Qurãn.

Dengan kata lain, para mujrim itu ternyata sudah giat bekerja menyesatkan orang selagi Rasulullah masih hidup. Dan setelah Rasulullah wafat, tentu mereka bekerja lebih giat lagi?

Ya. Buktinya, sebelum jasad Rasulullah dikuburkan, sebagian umatnya sudah ribut masalah kekuasaan. Kaum Muhajirin dan Anshar nyaris saling bunuh, karena masing-masing ingin mengangkangi kekuasaan yang ditinggalkan Rasulullah. Kemudian, ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama, muncullah nabi-nabi palsu dan para pembangkang yang tidak mau lagi membayar zakat. Lebih lanjut, setelah masa Rasulullah dan para sahabat berlalu, di tataran konsep, dalam hal ajaran Islam itu sendiri, muncullah ilmu tauhid dengan berbagai cabangnya, ilmu fiqih dengan berbagai cabangnya, dan ilmu tasauf dengan berbagai cabangnya.

Dengan kata lain, bila dilihat melalui dialektika Hegel, semua itu adalah rangkaian dialektika belaka?

Ya. Itulah rangkaian perubahan yang sambung-menyambung secara berkelanjutan dan berkepanjangan. Rangkaian thesis, antitheis, synthesis; thesis, antitheis, synthesis; thesis, antitheis, synthesis; …

Sungguh menakjubkan! Kalau begitu, Islam yang ada di kepala saya sekarang ini Islam apa sebenarnya? Mungkinkah hanya buyut sintesis kesekian ratus dari moyang antitesis yang pertama?

Mungkin! Ha ha!

Lalu bagaimana caranya supaya saya bisa keluar dari lingkaran syetan ini?

Tentu saja anda harus menempuh suatu proses belajar.

Tapi dari mana memulainya bila keadaannya sudah seperti benang kusut begini?

Bila anda diberi benang kusut, apa yang akan anda lakukan?

Mungkin saya harus berusaha mengurainya dulu, sebelum bisa menggunakannya.

Tidak. Kalau saya diberi benang kusut, saya akan membuangnya, dan kemudian saya cari benang lain yang tidak kusut.

Tapi, bila yang anda maksud dengan benang kusut itu adalah ajaran Islam, apakah anda akan membuangnya, lalu mencari agama lain?

Tidak. Umat agama lain juga sama kusutnya. Pada Islam saya masih melihat ada unsur terpentingnya yang tidak tersentuh kekusutan.

Apa itu?

Kitabnya, Al-Qurãn. Dia tidak tersentuh kekusutan. Bahkan menurut seorang teman, Al-Qurãn itu masih perawan.

Maksudnya?

Maksud dia Al-Qurãn itu belum benar-benar dikaji. Kalau sekarang orang mengaku mengkaji Al-Qurãn, yang mereka kaji sebenarnya hanya tafsir-tafsirnya, yang belum tentu mewakili Al-Qurãn.

Ada yang bilang bahwa tafsir-tafsir itu hanya mewakili golongan-golongan tertentu?

Benar. Tafsir sufi, misalnya, jelas mewakili pemahaman tasuf. Sebagian dari tafsir-tafsir itu malah mengandung hadis-hadis Israiliyah, hadis-hadis Yahudi!

Wah, saya baru dengar itu.

Yang jelas, berisi hadis Yahudi atau tidak, tafsir-tafsir itulah yang menjadi sarana tunggangan dialektika Hegel itu. Melalui tafsir-tafsir itulah manusia menyampaikan apa yang mereka sebut koreksi, pembaruan, dan sebagainya.

Karena itu ajaran Islam menjadi kusut?

Menurut saya, yang kusut itu bukan ajaran Islam tapi otak manusia yang mengaku umat Islam. Mereka terperosok ke dalam arus perputaran dialektika Hegel, yang tadi anda sebut sebagai lingkaran syetan itu.

Oh! Jadi itu benang kusutnya ya?

Iya. Sekarang, coba perhatikan gambar yang saya buat ini! Mudah-mudahan ini bisa membantu anda keluar dari jerat benang kusut itu.

Gambar I

gmbr1-perpecahan-umat2

Bagaimana penjelasan gambar ini?

Allah menurunkan ajaran melalui Rasul (lingkaran pertama). Warna putih menggambarkan kemurnian ajaran Allah yang diterima Rasul, dan lingkarannya adalah gambaran tentang Periode Rasul itu sendiri, yang di dalamnya Rasul hidup bersama para pengikut awalnya, yang menjalankan ajaran Allah yang masih murni. Setelah Rasul tiada, ajaran Allah dibawa Pelanjut 1 memasuki LD (lingkaran kedua). Warna abu-abu tipis menggambarkan kemurnian ajaran Allah yang sudah terkontaminasi berbagai ajaran lain melalui Proses Dialektika Hegel.

Artinya, yang disebut ajaran Allah dalam lingkaran kedua itu sebenarnya adalah synthesis dari perbenturan antara thesis dengan antithesis?

Ya, itulah yang ingin saya katakan melalui gambar ini. Gampangnya, ajaran Allah sudah mulai kemasukan unsur lain, walau baru sedikit. Kemudian, setelah Pelanjut 1 tiada, ajaran Allah dibawa Pelanjut 2 memasuki LT (lingkatan ketiga), yang berwarna abu-abu tebal, menggambarkan bahwa ajaran Allah sudah bercampur-aduk dengan berbagai ajaran lain yang jumlahnya semakin banyak. Setelah Pelanjut 2 tiada, ajaran Allah dibawa Pelanjut 3 memasuki LE (lingkaran keempat), yang berwarna hitam, menggambarkan bahwa ajaran Allah sudah bercampur aduk sedemikian rupa dengan berbagai ajaran lain, sehingga sudah sangat sulit untuk mengenali mana yang benar dan mana yang salah, karena parameter benar-salah itu sendiri pun sudah hilang.

Oh! Apakah lingkaran hitam itu anda maksudkan sebagai keadaan kita sekarang?

Mungkin… iya!

Kenapa mungkin? Bukankah keadaan kita sekarang memang seperti itu? Yang benar dan yang salah sudah sulit dibedakan, karena paramater (ukuran) benar dan salah pun sudah hilang!

Silakan saja anda menafsirkan begitu. Saya hanya berusaha menggambarkan sebuah situasi dan kondisi ketika ajaran Allah sudah ‘berkembang’ sedemikian rupa dalam perjalanannya yang sentrifugal.

Maksud anda?

Yaa, saya melihat sejak diterima oleh rasul, ajaran Allah itu kan ‘bergerak’ sentrigufal (centrifugal), yaitu semakin menjauh dari pusat. Bila dilihat dari perluasan wilayah, hal itu tentu bagus, karena berarti ajaran Allah itu tersebar luas kan? Tapi, dari sisi keutuhan ajaran itu sendiri, gerak sentrifugal itu memprihatinkan. Mengapa? Ini berkaitan dengan dialektika Hegel tadi! Dari sisi keutuhannya, gerak sentrifugal dari ajaran Allah itu adalah gambaran negatif; karena semakin menjauh dari pusat berarti semakin jauh dari keasliannya, semakin banyak pencemaran yang masuk ke dalamnya.

Apakah itu berhubungan dengan human error para pelanjut?

Saya kira, iya. Tadi sudah saya katakan bahwa syetan bermain di situ kan? Syetan bermain pada sisi kelemahan atau kelalaian manusia.

Kalau begitu, semakin jauh beredar, melintasi ruang demi ruang dan waktu demi waktu, tentunya ajaran Allah itu bisa semakin pudar, dan akhirnya hilang?

Benar sekali! Itulah sebabnya Allah mengutus rasul-rasul dari masa ke masa.

Artinya, rasul kedua diutus karena ajaran yang dibawa rasul pertama sudah hilang?

Ya. Tepatnya sudah tercemar sedemikian rupa, sehingga sulit membedakan antara putih dan hitam. Tanda yang paling nyata dari lenyapnya kemurnian ajaran Allah itu adalah lenyapnya kitab Allah itu sendiri. Lenyapnya kitab Taurat dan Injil yang asli, misalnya, adalah salah satu contoh kasus.

Jadi ketika Allah mengutus rasul kedua, rasul yang kedua ini tidak membawa ajaran baru?

Tidak. Dia hanya membawa ajaran Allah yang sudah hilang dari kesadaran manusia, dan sudah tidak ada pula dalam catatan mereka.

Tapi bukankah setiap rasul membawa kitab-kitab yang berbe-da-beda? Daud membawa kitab Zabur, Musa membawa Taurat, dan Isa membawa Injil…

Beda nama tidak berarti harus beda isi dan beda fungsi. Sekarang orang membuat televisi, komputer, dan lain-lain dengan berbagai merek, tapi fungsinya sama. Dalam hal ini, beda nama hanya menunjukkan beda pabrik.

Nah, bagaimana dengan rasul-rasul itu? Apakah beda nama kitab mereka tidak menandakan bedanya Tuhan yang mengutus mereka?

Bisa begitu memang! Tapi, melalui Al-Qurãn kita tahu bahwa mereka berasal dari Tuhan yang satu. Ibarat barang elektronik, mereka dike-luarkan dari pabrik yang sama.

Tapi mengapa nama kitab mererka harus berbeda-beda?

Kalau soal nama, Al-Qurãn sendiri kan disebut dengan puluhan nama, di antaranya yang terkenal adalah Al-Furqãn, Al-Bayãn, Al-Hudã, dan lain-lain; bahkan juga Az-Zabûr!

Apa? Az-Zabûr juga merupakan nama dari Al-Qurãn?

Iya.

Waah, ini benar-benar infor-masi baru bagi saya. Tapi, mengapa pula Al-Qurãn harus mempunyai banyak nama?

Setiap nama mewakili asfek atau fungsi tertentu dari Al-Qurãn. Misalnya, dia disebut Al-Kitãb karena berisi ketetapan (peraturan) Allah. Dia dikatakan Al-Furqãn karena berfungsi memilah antara benar dan salah. Dia dinamai Al-Bayãn karena fungsinya sebagai penjelasan. Dan dia dijuluki Al-Hudã karena perannya sebagai petunjuk atau pedoman.

Tapi kenapa namanya yang populer adalah Al-Qurãn?

Karena sejak awal, sejak pertama kali Jibril mewahyukannya kepada Nabi Muhammad, kata pertama dari wahyu pertama itu adalah iqra! Itu kata perintah. Bentuk kata kerjanya adalah qara-a, dan bentuk kata bendanya adalah qur-ãnan. Ketika qur-ãnan ini diubah menjadi kata benda definitif , atau ma’rifah dalam bahasa Arabnya, maka ia menajdi al-qurãnu. Selanjutnya “Al-Qurãn” menjadi “nama resmi” dari wahyu yang diterima Nabi Muhammad.

Dan Al-Qurãn ini menjadi kitab Allah yang terakhir?

Ya.

Mengapa? Bagaimana kalau Al-Qurãn juga lenyap seperti kitab-kitab yang lain?

Tidak mungkin. Allah menjamin bahwa Al-Qurãn tidak akan lenyap.

Ya, saya sering dengar itu! Tapi, bagaimana cara Allah menjamin? Dan kalau Allah menjamin bahwa Al-Qurãn tidak akan lenyap, mengapa kitab-kitab yang terdahulu kok tidak mendapatkan jaminan itu?

Ha-ha! Anda cukup kritis. Saya suka sekali pertanyaan yang satu ini. Pertama, Allah menjamin melalui sunnahNya, yaitu melalui hukumNya yang berlaku pada alam. Melalui hukum alam. Jelasnya, Al-Qurãn tidak hanya dihafal banyak orang, tapi juga ditulis. Penulisan atau kodiffikasinya yang resmi, yang dilakukan pada masa Khalifah Utsman, itu dibuat sebanyak lima buku yang dinamakan “mushhaf imam”. Kelima buku kemudian disebarkan ke propinsi-propinsi yang dianggap strategis. Dari mushhaf imam itulah para penulis lain memperbanyak Al-Qurãn, dengan cara menyalin atau menyontek. Sampai sekarang, sebuah mush-haf imam itu konon masih tersimpan dengan utuh, kalau tak salah ada di wilayah Rusia. Selanjutnya, dengan ditemukannya mesin cetak, penyalinan dan penyebaran Al-Qurãn menjadi semakin mudah. Apalagi sekarang sudah ada komputer. Al-Qurãn dalam bentuk tulisan maupun digital, ada di mana-mana. Selain itu, jangan lupa, orang-orang yang menghafalnya juga masih banyak, karena di mana-mana selalu ada kegiatan penghafalan, baik secara pribadi maupun kelompok. Pendeknya, Al-Qurãn turun dalam situasi dan kondisi yang semakin kondusif (menjamin) untuk membuatnya tidak lenyap. Bahkan juga tidak bisa dipalsukan. Setiap muncul pemalsuan, umat Islam segera mengetahuinya. Jangankan memalsukan satu buku, memalsukan satu ayat pun pasti ketahuan!

Wah, wah, luar biasa!

Ya. Tapi jangan bangga dulu! Ingat lagi pernyataan saya tadi. Pernyataan yang mana? Anda sudah mengeluarkan banyak pernyataan!

Pernyataan bahwa “syetan ber-main di tataran human error”! Syetan berrmain dalam kelemahan dan kalalaian manusia. Ketika mereka melihat bahwa teks Al-Qurãn tidak bisa dirusak, tidak bisa dipalsukan, dan tidak mungkin dilenyapkan, maka mereka tidak perlu melakukan pekerjaan sia-sia kan?

Ya. Lalu, apa yang mereka la-kukan?

Mereka main di tataran makna. Main di tataran pengertian. Main di tataran tafsir! Dengan demikian, yang mengaku umat Islam itu akan tenggelam dalam keasyikan di dunia penafsiran yang luas tak bertepi dan panjang tak berujung.

Kembali ke dialektika Hegel ya?

Iya! Dengan demikian, untuk apa mereka mengotak-atik teks Al-Qurãn bila ternyata umat Aslam sendiri sudah meninggalkannya?

Tapi, bukankah teks Al-Qurãn selalu dibaca umat Islam?

Ya, tapi kebanyakan mereka kan tidak tahu isinya. Keadaan itulah yang dulu dipesankan Snouck Hurgronje kepada penguasa Belanda di sini. Dia bilang, “Biarkan umat Islam membaca Al-Qurãn, tapi jangan biarkan mereka memahami isinya!”

Berati Snouck Hurgronje tahu isi Al-Qurãn ya?

Iya laah! Dia kan orientalis yang mendalami bahasa Arab dan bahkan bermukim di Arab, pura-pura masuk Islam dan menggunakan gelar haji. Tanpa peran dia, Belanda tidak bisa menaklukkan Aceh kan?

Jadi, Belanda menaklukkan Aceh dengan cara melakukan perusakan dari dalam?

Yaa, begitulah. Divide et impera kan? Bikin pecah-belah dulu, baru bisa dijajah.

Jadi, itu sebabnya sekarang umat Islam terpuruk, terjajah? Karena terpecah-belah?

Iya laah!

Waah, saya jadi sedih nih!

Boleh saja sedih. Tapi setelah itu anda mau apa?

Saya ingin umat Islam bersatu. Tapi bagaimana caranya?

Caranya, buang jauh-jauh cara berpikir global. Berpikirlah parsial dan individualis!

Lho, kok…?

Kalau bahasa Rasulullah sih ibda’ bi-nafsika! Mulailah dari dirimu sendiri. Jangan berpikir tentang Khilafah Islamiyah tingkat nasional, apalagi tingkat dunia. Terlalu jauh! Urus saja diri sendiri dulu. Sudah cinta Al-Qurãn apa belum?

Wah, kok seperti nyindir HTI (Hizbut-Tahrir Indonesia)?

Bukan nyindir tapi tawashau bil-haqqi.

Lantas, apa yang bisa dilakukan oleh seseorang yang cinta Al-Qurãn?

Pertama, dia akan membenahi dirinya. Kepalanya yang penuh dengan konsep-konsep sampah akan dibersihkan dan diisi Al-Qurãn. Kedua, setelah dirinya terbenahi, barulah dia bisa melakukan usaha-usaha untuk melakukan pembenahan di luar dirinya. Dia akan menjadi pejuang dalam rangka memurnikan ajaran Allah. Perhatikanlah gambar ini!

Gambar II

gbr2-perpecahan-umat-islam

Keterangan gambar ini adalah sebagai berikut:

Pada setiap masa Allah mengutus seorang Rasul. Ketika ajaran yang dibawa oleh Rasul 1 memasuki lingkaran kedua, sehingga ajaran itu menjadi rusak, Allah mengutus Rasul 2 sebagai Pemurni 1, yang berperan mengembalikan manusia pada ajaran Allah yang asli. Selanjutnya, ajaran Allah yang sudah dimurnikan Rasul 2 memasuki Lingkaran ketiga, dan menjadi rusak lagi, sehingga Allah mengutus Rasul 3 (= Pemurni 2). Kemudian ajaran yang sudah dimurnikan itu memasuki Lingkatan keempat, menjadi rusak lagi, sehingga Allah mengutus Rasul 4 (Pemurni 3). Begitulah seterusnya. Sampai akhirnya Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai Rasul Terakhir. Setelah Nabi Muhammad, Allah tidak mengutus rasul-rasul baru lagi, karena teks ajaran yang dibawanya (Al-Qurãn) tidak hilang. Tapi seiring masuknya Al-Qurãn dari lingkaran pertama ke lingkaran-lingkaran berikutnya, nilai-nilai Al-Qurãn semakin luntur karena kesalahan memahami. Untuk memurnikan kembali pemahaman, pada setiap seratus tahun sekali, kata Nabi Muhammad, muncul seorang Mujaddid (pembaru; pemurni).

Nah! Saya sering mendengar itu! Tapi, bisakah kita memastikan siapa saja yang telah muncul sebagai pemurni ajaran Allah dalam setiap seratus tahun itu?

Saya tidak tahu. Mungkin perlu dilakukan pendataan dulu. Tapi apa gunanya?

Lho, memang tidak ada gunanya kalau kita mengetahui siapa mereka?

Gunanya mungkin ada, tapi hanya sedikit. Hanya mengetahui data mati kan? Padahal yang dibutuhkan untuk menghidupkan kembali ajaran Allah adalah ‘data hidup’.

Apa yang anda maksud data hidup itu?

Yaa kita ini lah! Manusia-manusia yang hidup; bukan manusia-manusia seratus atau seribu tahun ke belakang, yang semuanya sudah mati! Kitalah yang mempunyai potensi dan diberi amanat oleh Allah, kalau kita sadar, untuk melakukan usaha-usaha pemurnian itu.

Tapi, mungkinkah itu? Bisakah kita melakukannya?

Bisa saja, kalau kita mau.

Jadi, harus optimis ya?

Bukan hanya optimis, tapi yang terpenting adalah harus menguasai ilmunya. Harus mengerti betul Al-Qurãn. Setelah mengerti Al-Qurãn, baru ada jaminan bahwa kita bisa ber-pikir dan bertindak sesuai ilmu Allah. Kalau sudah berpikir dan bertindak sesuai ilmu Allah, apalagi sudah mencapai tahap ihsãn (jitu), barulah kita punya hak untuk menuntut kebenaran janji Allah.

Janji tentang apa?

Janji bahwa orang beriman pasti unggul! ∆



Untuk lebih jelasnya lihat Sumber di:
http://ahmadhaes.wordpress.com/

Keuchik Harus Jadi Pelindung Masyarakat

0 komentar
BLANGPIDIE - Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Akmal Ibrahim SH menegaskan keuchik sebagai pimpinan pemerintahan tingkat gampong harus menjadi pengawal dan pelindung masyarakat dari tindakan merugikan dari pihak lain.

“Keuchik bertanggungjawab akibat kelalaiannya sehingga warga menjadi korban penipuan,” tegas Bupati dalam acara peresmian Gampong/Desa Persiapan Alue Dawah dan Gampong/Desa Persiapan Lhok Gayo, Kecamatan Babahrot, Selasa (12/4).

Lingkup tugas keuchik tersebut diminta menjadi perhatian. Karena belakangan ini, ada kelompok tertentu mendata warga miskin di kampung-kampung dengan janji dibangun rumah layak huni bantuan donatur dari luar negeri. “Ketika didata, calon penerima diminta uang dalam jumlah tertentu, namun rumah yang dijanjikan tidak pernah terwujud,” kata Bupati Akmal.

Sudah banyak warga Abdya menjadi korban penimpuan dengan modus janji dbangun rumah. “Saya sangat sedih karena peristiwa penipuan seperti justru terjadi di hadapan keuchik, camat bersama anggota muspika. Kenapa tindakan demikian bisa terjadi,” kata Bupati Akmal.

Bupati juga menyinggung sebuah perusahaan hak guna usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Babahrot menjanjikan bahwa 20 persen dari luas areal HGU yang dimiliki menjadi lahan perkebunan binaan masyarakat.
“Ketentuan lahan binaan, jangan hanya janji, tapi harus jelas. Masyarakat yang menerima lahan binaan harus ada SK, kemudian tanahnya disertifikatkan. Keuchik harus memperhatikan hal itu sehingga masyarakat tidak dirugikan,” katanya.

Lebih lanjut diingatkan bahwa keuchik harus terbuka dan jujur serta menyediakan waktu untuk melayani warga yang membutuhkan. Keuchik juga diminta benar-benar memperhatikan fakta integritas atau janji yang telah diikrarkan.

Peresmian Gampong Persiapan Alue Dawah dan Gampong Persiapan Lhok Gayo, pemekaran dari Gampong Pantee Rakyat tersebut dimeriahkan dengan atraksi rapai geleng. Dihadiri Asisten Pemerintahan, M Nasir G SH, Asisten Ekonomi Pembangunan, Muazam SE, Kabag Pemerintahan, Ikhwansyah TA SH,Kabag Humas dan Protokol, Drs Husaini Arahman, Kepala Bappeda, Jasman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Rahwadi, Kepala Kantor Perizinan Terpadu, H Edi Sumarjan, Plt Camat Babahrot, M Tahir, Camat Kuala Batee, Erwandi SKM, Camat Tangan-Tangan, Muslim serta Ketua Fraksi Gabungan Pelangi DPRK, Lukman SE bersama empat anggota DPRK Abdya. Kemudian para imum mukim dan para kechik dalam Kecamatan Babahrot.

Dalam acara peresmian tersebut Asisten Pemerintahan, M Nasir G SH mengambil sumpah dan pelantikan Fredy Sitinjak sebagai Keuchik Gampong Persiapan Alue Dawah dan M Saleh sebagai Keuchik Persiapan Gampong Lhok Gayo. Sebelumnya, kedua keuchik membacakan fakta integritas antara lain menyatakan siap diberhentikan dari jabatan bila menyimpang dalam melaksanakan tugas.

Ketua Panitia Pelaksana Peresmian, T Nasrizal mengatakan, masyarakat Alue Dawah dan Lhok Gayo sangat bersyukur atas peningkatan status dari dusun menjadi gampong. “Keinginan menjadi sebuah gampong sudah cukup lama diperjuangkan, namun baru terwujud saat ini,” kata tokoh muda Alue Dawah ini



Sumber: http://www.serambinews.com/


Sebagai Sebuah Renungan(SSR)

0 komentar
Jika kitamau menyadari betapa kecilnya diri kita di muka bumi ini,coba kita perhatikan planet2 di ruang angkasa dan juga bumi ini,
dan yg lebih menakjubkan lagi ketika kita melihat bumi ini dgn teknolgi google earth,terlihatlah manusia dg bagunan2 dan gedung2 mewah yg kita banggakan
sama sekali tidak adaapa2nya jika kita melihat dari atas,manusia dikulit bumi ini bagaikan sarang semut di atas batok kelapa,
sungguh tidak ada yg patut kita banggakan selain merunduk sujut dan patuh atas segala perintahnya,Subhanallah...!!


Rasulullah bersabda لَ
وْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ...>
"Kesombongan adalah manusia yg menolak kebenaran dan merendahkan manusia2 lain
"HR. Muslim, no. 2749, dari 'Abdullah bin Mas'ûd"

karena di dalam islam tidak ada manusia2 sombong,dalam arti tdk ada manusia2 yg mnolak ke benaran,mereka semua patuh da selalu berbuat tepat
menurut ajaran Allah,rasa persaudaraan mereka begitukuat,seperti dlm sebuah hadis beliau ber sabda,Mukmin itu bersaudara,
persaudaraan mereka bagaikan satu jasad "kaljasadilwahid",maksudnya,mereka tidak saling hina,tidak saling memiskinkan,
dan tidak saling benci membenci,tapi sebaliknya merekan saling kasih mengasihi,saling sayang menyangi,
mereka tidak pernah membedakan antara satu dgn yg lainya kecuali mereka saling kasih mengasihi dan saling sayang menyangi sesamanya,duduk sama rendah berdiri sama tinggi jika satu yg sakit yg lain ikut mearasa sakit.

Masya Allah,demikian rupanya cara Allah mengajarkan system hidup untuk manusia yaitu "Dien Isalam",
agar manusia mencapai kehidupan jannah yaitu kehidupan hasah fitdunnya wal akhirah. hasanah dunia dan hasanah diakhirat.
Dien islam adalah sebuah tatakehidupan dari ajaran Allah untuk hamba2nya yg mauberiman,Allah mengambarkan cara hidup ini bagaikan system tubuh,
jika di tubuh itu ada yg sakit maka yg lainya ikut mearasa sakit, dalam arti mereka tidak merasa tenang jika ada saudarnya lapar karena tidak makan seharian,mereka saling peduli saling memberi dan saling mengayomi.sehingga Allah menjamin jika "Dien Islam"ini tegak di muka bumi dijamin
Kehidupan Jannah akan segera terwujud,
bukan kehidupan seperti sekarang ini banyak saudara kita yg menagis karena tidak ada tempat tinggal,
dan bahkan mereka  tidur di bawah kolong jembatan,sangat2 tidak adil hidup ini.

kemudian di dalam system islam tidak ada istilah jual beli tanah,karena tanah tidak boleh di perjual belikan.
Tanah di peruntukan untuk manusia secara cuma2,begitu halnya Hukum2 di dalam peraturan atau tata kenegaraan juga harus
di jalankan sesuai dengan hukum Allah,dan tidak boleh di serikatkan atau di duakan seperti sekarang ini,hukum negara lain,hukum isalm lain
sebagai contoh misalanya, orang mencuri dgn nilai atau harga curiannya tinggi,maka akan di kenakan pemotongan tangan,tapi jika nilai curiannya sedikit
maka akan di beri peringatan,dan jika berulang lagi "akan dipotong".begitu halnya dgn si penzina,hukumnya rajam,
lempari batu dalam kondisi separuh tubuh ditanam di lempari oleh masayrakat hingga menemui ajal.ini di lakukan agar tidak berulang lagi di kali  kedua oleh
pelaku lain,begitulah hukum Allah maka akan di jamin aman se aman2 nya.jadi dgn begitu pimpinan desa setempat ngak repot2 lagi mikirin masyarakatnya berprilaku jahat dsb.


Nah..,jika hukum ini berlaku dijamin tidak ada lagi KKN di indonesia apa lagi perampokan dan pemerkosaan dan juga kejahtan2 lainya,
jika system ini berlaku Wajar ngak kita bilang "Islam itu Adil dan Makmur" subhanallah

sebagai bahan renungan,apasalahnya kita coba renungi kehidupan islam yg ada saat ini,apakah ada demikian???

158 Tewas Saat Pilot Tidur

0 komentar
Pilot Air India Express dalam penerbangan dari Dubai ke Mangalore, bagian selatan India, dipersalahkan karena kecelakaan yang menewaskan 158 orang pada Mei 2010.

Hasil investigasi Pemerintah India membuktikan, pilot dari Serbia bernama Zlatko Glusica itu mengalami disorientasi karena tertidur dalam penerbangan selama 3-4 jam, demikian laporan Hindustan Times, Rabu (17/11/2010).

Pejabat Pemerintah India yang tidak mau disebut namanya membenarkan laporan Hindustan Times tersebut. Namun, pejabat tersebut menyatakan, laporan hasil investigasi itu akan diumumkan setelah disampaikan kepada parlemen India.

Tim penyelidikan menyebutkan, pilot Glusica terlambat bereaksi dan tidak mengikuti beberapa standar prosedur operasi saat pendaratan. Sementara, pihak maskapai penerbangan belum memberikan tanggapan soal temuan ini.

Menteri Penerbangan Sipil India Praful Patel mengakui kepada wartawan bahwa kementeriannya memang sudah menerima laporan soal itu pada Selasa (16/11/2010). Katanya, pemerintah akan mengambil tindakan setelah mempelajari laporan itu.

Insiden di Mangalore merupakan kecelakaan pesawat terparah di India sejak November 1996. Saat itu, 349 orang tewas akibat pesawat milik maskapai penerbangan Arab Saudi bertabrakan di udara New Delhi dengan pesawat kargo dari Kazakhtan.

Laporan ini menambah kekhawatiran di seluruh dunia tentang bahaya pilot yang kelelahan bekerja akibat jadwal kerja yang berat. Sumber:
Klik disini

Tradisi Berburu di Geunang Jaya Babahrot

0 komentar
Genang Jaya Memburu Traktor Malam


Bak sebuah pesta yg di sambut meriah warga geunang jaya kecamatan pante rakyat babahrot setiap rabu dan jumat melakukan kegiatan memburu babi hutan di kawsan geunag jaya dan lhok gayo.Memburu babi sudah menjadi kegiatan yg menyenangkan bagi warga geunang jaya sejak beberapa tahun silam, memang sudah menjadi tradisi di dusun itu, mereka membagun kelompaok khusus dalamhal ini, jadi setiap warga di wajibkan memberi sumbangan bagi anggota pemburu babi sebagai imbalan rasa terima kasih warga kepada kelompok pemburu tesebut.

Misalnya setiap petani yg bertani di dususn geunag jaya berhak atas mereka memberi sumbangan sebesar 16 bambu padi ke kelompok pemburu,karena dengan adanya kegiatan memburu babi sangat jauh dari hama perusak tanaman atau "traktor malam",demikian kata warga yg sudah maklum dengan kata2 "traktor malam" yaitu ke ganasan babi hutan yg merusak tanaman di dusun itu.

Memburu babi itu bukan sembarang memburu, akan tetapi harus ada strateginya juga agar babi yg incar tak dapat lari dari kejaran mereka.di setiap anggota pemburu harus bawa anjing dan anjing yg mereka bawa bukan sembarang anjing tetapi anjng sudah telatih dan lincah,anjing pemburu ini sangat gesit dan sehingga babi yg sudah menajdi sasaran jarang sekali lepas dari buruan mereka bisa di katakan selalu sukses dalam memburu.sebesar apapun babi buruan tersebut tetap kualahan mengahdapi anjing2 si pemburu yg sdh demikian terlatih,dan akhinya babi2 buruan itu akan menjadi santapan si anjing galak tersebut.

Kelompok pemburu ini ada ketentuanya,jadi setiap angota harus patuh pada setiap aba2 dari pimpinan kelompok agar tidak meleset dari strategi yg sudah di rancang, sebelum melakukan pemburuan semua angota di harap berkumpul di sebuah tempat yg sdh di tentukan oleh pimpinan kelompok,ini di lakukan agar terhindar dari mara bahaya,jika strategi yg sudah di sepakati tidak dilakukan sesuai dgn aba2 bisa mengakibatkan fatal, dalam arti bahaya yang bisa menimpa angota pemburu akibat bercerai tau berpisah jauh dari anggota yg sdh di tentukan,jadi untuk menghindari hal ini setiap anggota di wajibkan patuh pada peraturan yg sdh di buat oleh ketua kelompok.


 Sekian:
Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA