Benarkah Ada Kehidupan Manusia Di Planet Lain?


Jika hal ini ditanyakan kepada seseorang di antara kita, ternyata satu sama lain memberikan jawaban
yang berbeda. Tetapi kebanyakan di antara mereka memberikan jawaban tidak ada, belum yakin,
ragu-ragu karena dikatakan oleh mereka bahwa sekarang ini Amerika atau orang Barat belum
menemukan. Inilah kenyataan yang terjadi, bahwa orang cenderung lebih percaya kepada orang Amerika daripada kepada Wahyu yang ada dalam Al Qur’an.

Hal demikian memang wajar-wajar saja, karena:

1. Pihak Amerika-lah yang memang getol mengadakan penelitian tentang keadaan ruang angkasa, maka
mereka yang dianggap lebih mengetahui kondisi ruang angkasa itu.
2. Dari hasil penelitian pihak Amerika maupun Negara lain yang juga menyelidiki ruang angkasa belum
ada tanda-tanda tentang kehidupan di luar Bumi ini.
3. Para ilmuwan Muslim sendiri hampir tidak ada yang mengadakan penelitian ke ruang angkasa,
sehingga mereka lebih baik menunggu hasil penelitian mereka.
4. Para ilmuwan Muslim dalam penyelidikan tentang Al Qur’an barangkali masih belum menyeluruh,
sehingga kalau diberi informasi tentang Kitab Sucinya sendiri masih ragu, bahkan cenderung menolak
karena kata mereka di Al Qur’an tidak ada yang menyatakan begitu
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah
beriman.” Dan bila mereka berlalu kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya
kami bersama dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.
*Surat Al-An’am (.6) ayat 112

Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia
dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka mewahyukan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan
yang mewah fatamorgana. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan

Dari dua ayat diatas dapat dipahami bahwa setan itu adalah terdiri dari setan jin dan setan manusia,
maka dia adalah sifat yang dimiliki oleh jin dan manusia yang senantiasa melanggar atau menolak
hukum-hukum Allah, karena itu setan-setan itu diancam dengan Neraka (API) tetapi itu baru ancaman,
dan pelaksanaannya adalah nanti di Akhirat. Tentunya yang berlaku bagi manusia bukanlah setan jin
tetapi setan manusia, karena itu banyak Ayat yang menyatakan bahwa setan itu adalah musuh nyata
bagimu, artinya setan itu nyata dan kongkrit berupa setan manusia yang senantiasa menentang hukum
Allah dan mengajak manusia lain untuk kafir atau menolak.

Maka yang dimaksud dengan dunia bukanlah hanya Bumi ini tetapi seluruh semesta atau jagad raya.
Kalau ada orang mengatakan bahwa hidup di dunia ini, berarti hidup di jagad raya ini dan bukan hanya di
Bumi saja. Kalau dunia akan dihancurkan, maka yang dihancurkan bukan hanya Bumi ini saja tetapi
seluruh semesta. Sedangkan Bumi ini hanyalah salah satu planet dari anggota Tata Surya kita,
sedangkan Tata Surya kita ini hanyalah merupakan gugus Bima Sakti berarti hanya bagian kecil dari
Bima Sakti itu.

Coba kita perhatikan ada berapa Galaksi di angkasa itu yang di dalamnya ada milyaran bintang-bintang,
untuk apa semua itu diciptakan Allah kalau dibiarkan kosong tanpa penghuni, Mubazirkan ? padahal
semua itu diciptakan Allah bukan untuk main-main ?
SAMA’/SAMAWAT

Memang benar bahwa berdasarkan arti bahasa bahwa Samawat adalah bentuk jamak dari Sama’ yang
pada umumnya diartikan “langit” atau “angkasa”. Namun sejalan dengan perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, maka sama’ belum tentu selalu berarti langit. Sedangkan yang dimaksud
langit adalah awang-awang kosong begitu luasnya. Tiap-tiap planet memiliki langit, sedangkan
planet-planet itu tak terhitung jumlahnya di semesta raya ini. Di dalam wilayah Tata Surya kita saja ada
10 planet dan baru 9 yang diketemukan dan masing-masingnya memiliki langit.

Sebagai ilustrasi kami berikan keterangan lain yang hampir mempunyai nilai pandang yang sama. Kalau
orang membuat balai untuk tempat tidur yang terbuat dari kayu biasa (bukan Spring Bed) maka ketika
tempat tidur itu dipasang, dibawahnya ada suatu ruangan yang biasa disebut “kolong” atau orang Jawa
bilang “longan”. Ketika orang sedang membuat balai tempat tidur tadi, maka dia sama sekali tidak
merencanakan untuk membuat kolong atau longan tadi. Tetapi setelah tempat tidur itu dipasang maka
mau tidak mau longan atau kolong itu pasti jadi dengan sendirinya. Dan kalau tempat tidur itu dibongkar
maka longan tadi pun akan hilang dengan sendirinya.

Ilustrasi ini seperti halnya langit tadi. Ketika dulunya semesta raya ini belum ada yang ada hanyalah
kekosongan, dan tidak ada yang namanya langit. Tetapi setelah Allah menciptakan seluruh bintang dan
planet-planet itu maka muncullah yang namanya langit tadi. Akan tetapi kalau nantinya Allah menggulung
semua benda-benda angkasa itu maka yang disebut langit itu akan lenyap dengan sendirinya. Maka
Allah tidak pernah menciptakan langit, karena langit itu ada dengan sendirinya. Demikian juga orang
yang membuat tempat tidur tadi tidak pernah membuat longan tetapi jadi dengan sendirinya ketika
tempat tidur itu dipasang. Itulah gambarannya langit menurut logika dan juga menurut Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi.

Berdasarkan keterangan para ahli astronomi/ahli ruang angkasa bahwa langit Bumi ini saja ada tiga lapis:

* Lapisan s.d. 11 mil di atas Bumi disebut TROPOSFIR/ATMOSFIR.
* Lapisan 11 s.d. 300 mil di atas Bumi disebut STRATOSFIR.
* Lapisan di atas 300 mil disebut : IONOSFIR.

Kesemuanya itu disebut dengan “LANGIT” yang menurut Al Qur’an disebut: SAMA’. Sekiranya orang
mau memperhatikan Ayat-ayat Al Qur’an maka masing-masing istilah Sama’ ternyata mempunyai arti
yang berbeda satu sama lain. Tetapi dalam memahami pengertian ini hendaknya dengan kejernihan hati,
sehingga pikiran menjadi tenang.

*Surat Al-An’am (6) ayat 99

DIA-lah yang menurunkan air (hujan) dari sama’ (atmosfir) lalu Kami keluarkan dengannya tetumbuhan…

*Surat Al-Baqoroh (2) ayat 29

DIA-lah yang menciptakan untukmu apa-apa di Bumi semuanya, kemudian menyelesaikan atas sama’
(Tata Surya) lalu DIA sempurnakan tujuh Samawat (planet-planet) dan DIA mengetahui tiap sesuatu.

*Surat An-Nahl (16) ayat 79

Tidaklah mereka memperhatikan pada yang melayang diedarkan pada kekosongan angkasa (yaitu Tata
Surya), tiada yang menahan kecuali DIA (ALLAH). Bahwa pada yang demikian merupakan Ayat bagi
kaum yang beriman.

*Surat Al-Furqon (25) ayat 25

Dan pada hari terpecah sama’ (Tata Surya) dengan bencana besar dan diturunkan Malaikat dengan
turunnya.

*Surat Fushilat (41) ayat 11

Kemudian menyelesaikan atas sama’ (Tata Surya) dan dia berupa gumpalan api (waktu itu) lalu DIA
katakan padanya (sama’) dan pada Bumi, datanglah (berfungsilah) secara patuh atau terpaksa.
Keduanya berkata: “kami datang secara patuh (berfungsi menurut orbitnya masing-masing).

Kalau diperhatikan, maka sama’ mempunyai berbagai arti:

* Sama’ bisa berarti atmosfir.
* Sama’ bisa berarti Tata Surya.
* Sama’ bisa berarti semesta raya ini.
* Sama’ bisa berarti angkasa/langit.

Kalau kita perhatikan dengan seksama maka: Surat Al-An’am (6) ayat 99, menyatakan bahwa hujan
diturunkan dari sama’, maka dia pasti turun dari atmosfir. Karena tidak mungkin hujan itu turun dari
stratosfir apalagi dari ionosfir.

Surat Al-Baqoroh (2) ayat 29 dinyatakan bahwa Bumi ini banyak dengan istilah “Ardhu jami’an” (Bumi
semuanya), sebab kalau Bumi hanya satu tidak mungkin dikatakan semuanya. Kemudian dinyatakan
diselesaikan atas sama’ berarti Bumi yang jumlahnya banyak itu menjadi satu susunan sama’ yang
mestilah satu Tata Surya, dengan keterangan ada tujuh Samawat (planet-planet) di atas Bumi ini. Maka
sama’ pada ayat ini berarti adalah Tata Surya.

Surat An-Nahl (16) ayat 79 yang menyatakan benda yang melayang pada kekosongan angkasa berarti
adalah seluruh benda-benda angkasa atau Tata Surya itu memang melayang yang diedarkan pada
kekosongan angkasa berarti di semesta raya itu, maka sama’ disini adalah semesta raya. Surat
Al-Furqon (25) ayat 25 menyatakan : “Pada hari terpecah sama’ dengan bencana besar, ….. maka
sama’ pada Ayat tersebut tidak mungkin diartikan “langit” yang terpecah, tapi yang terpecah adalah Tata
Surya itu. Yaitu pada saat terjadinya bencana besar (kehancuran total) maka seluruh Tata Surya itu akan
terpecah susunannya, tidak beraturan karena adanya benturan dan goncangan yang sangat dahsyat.



0 komentar:

Post a Comment

Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA