Dukun Suntik Pasien, 4 Tewas,


Dukun yang satu ini memang nekad. Meski tak memiliki ilmu kedokteran, dia berpraktik seperti layaknya dokter, dengan menyuntik para pasiennya saat mengobati. Akibatnya, bukan jadi sembuh, para pasiennya justru bertambah parah penyakitnya, dan bahkan empat orang di antaranya meninggal dunia.

Dukun yang berpraktik ala dokter itu adalah Ali Mustofa, 34, warga Desa Sekarbagus, Kecamatan Sugio, Kabupaten Lamongan. Kemarin, dukun yang hanya lulusan Madrasah Ibtidaiyah (setingkat SD) ini ditangkap oleh anggota Reskrim Polres Tuban saat sedang mengobati pasiennya di Desa Rengel, Kecamatan Rengel, Tuban.

Empat korban meninggal akibat suntikan maut Ali adalah Sri Murni, Jono, Mudah dan Kardi. Mereka meninggal di waktu-waktu berbeda sepanjang Desember 2008 hingga Januari 2009, karena memang tidak ditangani Ali secara bersamaan. Semua korban meninggal adalah warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Parengan, Tuban.Sedangkan para korban yang penyakitnya tambah parah antara lain Firdi Setiawan, 45 (warga Desa Trutup, Kecamatan Plumpang, Tuban); Sisma’un, 34, dan Tina, 18 (keduanya warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Parengan, Tuban); Atin, 25 (warga Desa Suciharjo, Parengan); Muntarsih dan Gunawan (asal Desa Dempel, Kecamatan Plumpang); Ahmad Murkadam dari Desa Sekaran, Kecamatan Balen, Bojonegoro dan Suratul Milah asal Desa Palem, Kecamatan Balen.

“Memang ada empat orang yang meninggal dunia setelah saya obati. Itu terjadi antara Desember 2008 sampai Januari ini,” kata Ali dengan enteng ketika ditanya wartawan di sela-sela pemeriksaannya di Mapolres Tuban, Rabu (21/1).

Kapolres Tuban AKBP Jebul Jatmoko mengatakan, mulai kemarin Ali ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 81 dan 82 Undang-Undang Kesehatan.
Sementara itu, Ramsono, warga Parengan (Tuban) yang jadi salah-satu saksi dalam kasus perdukunan maut ini, mengungkapkan dirinya pernah mengantarkan seorang temannya untuk berobat ke dukun Ali.

Waktu itu, jelas dia, temannya minta diobati agar segera dikaruniai anak. “Saat datang ke tempat Ali, teman saya lantas disuntik penisnya,” kata Ramsono ketika dimintai keterangan di Mapolres Tuban.

“Tapi bukan punya anak, ‘burung’ teman saya malah jadi membengkak besar,” tambahnya.
Suntikan yang diberikan Ali ke pasiennya memang selalu diarahkan ke bagian tubuh yang dikeluhkan sakit. Jika pasien mengeluhkan sakit pada bagian kakinya, maka di bagian kaki itulah yang akan diinjeksi. Cairan obatnya berupa air putih biasa yang dicampur minyak wangi Serimpi yang sering dipakai untuk pengharum jenazah.

Kadangkala cairan pengisi jarum suntik berupa air perasan kembang/bunga yang diramu sendiri oleh Ali. Ali memberi mantra-mantra pada cairan itu sebelum dimasukkan ke jarum suntik.

“Kita akan melakukan penelitian terhadap cairan yang dipakainya untuk menyuntik. Apa zat yang dikandungnya dan seperti apa efeknya,” ucap Kapolres Tuban AKBP Jebul Jatmoko.

Tidak cukup disuntik, ada kalanya bagian tubuh pasien yang sakit juga diinjak-injak oleh Ali. Cara seperti ini dialami oleh Tina, 18. Akibatnya, kaki Tina yang memang sudah lumpuh sejak dia masih anak-anak, kini mendapat masalah baru karena mengalami pembengkakan.

Dari tangan Ali Mustofa, polisi menyita barang bukti kejahatan berupa 4 jarum suntik kosong, 1 jarum suntik isi cairan berwarna kuning, dan 1 jarum suntik isi cairan warga putih.
“Kami minta warga yang menjadi korban praktik dukun ala dokter ini, melapor ke Polres Tuban. Dugaan kami, lebih banyak lagi yang jadi korban dukun ini karena dia berpraktik sejak Maret 2007,” kata Jebul.
Ketika ditanya jumlah pasiennya, Ali menjawab tidak hapal. “Banyak sekali, saya tidak ingat.”
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim, dr Herlin Ferliana MKes, mengatakan jatuhnya korban jiwa akibat praktik perdukunan sebetulnya kerap terjadi. Meski demikian, masih saja ada sebagian masyarakat yang tetap lebih mempercayai pengobatan dukun daripada pengobatan medis modern.

Faktor pendorong terbesar masih lakunya jasa dukun di masyarakat, khususnya di pedesaan, adalah karena biayanya yang murah selain juga karena keyakinan dan tradisi.

Sebetulnya, terhadap para pelaku pengobatan tradisional terus menerus telah dilakukan pembinaan sehingga praktik mereka masih sejalan dengan kaidah-kaidah medis.

“Pengobatan dengan menggunakan jarum suntik oleh orang yang tidak memiliki kompetensi dan otoritas untuk itu jelas sangat berbahaya. Jangankan pengobat tradisional, tenaga medis pun harus memenuhi syarat yang ketat untuk dibolehkan menyuntik. Itu pun mereka masih diawasi ketat,” terang Herlin ketika dihubungi Surya, Rabu (21/1).

Menurut Herlin, praktik yang dijalankan dukun Ali Mustofa sama sekali tak bisa disebut berlandaskan teknik-teknik pengobatan tusuk jarum atau akupuntur. Sebab, akupuntur tidak menggunakan cairan untuk disuntikkan ke tubuh pasien.

Selain bahaya yang ditimbulkan oleh zat yang disuntikkan ke dalam tubuh, peralatan suntik yang dipakai dukun Ali sangat diragukan kesterilannya.
“Kalau dipakai berulang-ulang untuk banyak pasien, jarum suntik itu bisa menularkan penyait berbahaya seperti hepatitis atau HIV/AIDS,” jelas Herlin.st31/rey


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA