Rhamadhan Bulan Kekuatan

DUA KEKUATAN MANUSIA:

Hidup ini penuh cabaran.tidak ada yang beruntung kecuali orang-orang yang kuat. Perkataan "kuat" disini mempunyai 2 erti. Pertama, kekuatan materi. Kedua, kekuatan rohani. Diantara sendi-sendi dasar Islam dinyatakan bahawa dengan kekuatan materi semata-mata ianya hanya mampu memperoleh kemenangan, tetapi tidak akan bertahan lama dan tidak memiliki kemanfaatan yang kekal. Dalam hal ini, Al Quran telah menceritakan tentang kisah-kisah umat terdahulu. Mereka kuat dari segi materi. Mereka menebarkan kerosakan diatas muka bumi, memerangi para Nabi dan Rasul Allah, mendustakan dakwaan kebenaran, namun akhirnya negeri mereka dihancur leburkan.

Firman Allah SWT:Ertinya:

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Tuhanmu menghukum kaum 'Aad' penduduk Kota Iram itu mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Belum pernah bangun(suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud mampu memotong batu-batu besar dilembah. Kaum Firaun bahkan mempunyai pasak-pasak (tentera yang banyak). Mereka berbuat sewenang-wenangnya dalam negeri. Bahkan mereka berbuat banyak kerosakan di dalam negeri itu. Kerana itu, Tuhanmu menimpa azab kepada mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi."

(Al Fajr: 6-14)

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Tidakkah mereka mengadakan perjalanan dimuka bumi dan memerhatikan bagaimana akibat(yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu lebih kuat dari mereka sendiri dan telah mengelolakan bumi tanah serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang mereka memakmurkan. Rasul-Rasul datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Allah sekali-kali tidak akan berlaku zalim kepada mereka tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada dirinya sendiri."

(Al-Rum:9)

Demikianlah akhir kehidupan umat-umat yang hanya membanggakan kekuatan materi. Tanpa kekuatan rohani akidahnya tidak mampu bertahan, juga jiwa dan akhlaknya. Dan mereka tidak mahu mengambil kekuatan rohani lebih banyak.

Islam juga menetapkan bahawa kekuatan rohani sahaja tanpa disokong dengan kekuatan materi, sukar untuk memperolehi pertolongan, dan lemah dalam menghadapi kehidupan. Kita telah melihat berapa banyak bangsa dan qabilah yang memperjuangkan kebenaran dengan sangat gigih. Negerinya dilanda penyakit, kerana jalan kehidupan yang semestinya tidak dijalani: Perjuangan Fizik. Kerana itu kekuatan mereka benar-benar runtuh dihadapan orang-orang yang kuat fiziknya atau saranan kehidupannya.

B. MEMADUKAN DUA KEKUATAN.

Cara yang paling benar untuk mencapai kebahagiaan dan kemuliaan hidup adalah dengan memadukan antara kekuatan materi dan rohani dalam setiap diri manusia dan dalam menjalani penghidupannya. Satu bangsa hendaklah selalu memperkukuh dua kekuatan tersebut, kerana keduanya tidak saling mengalahkan.Dengan demikian, jika mereka berada diatas akan takut jatuh. Dalam hal ini, Al Quran mengajarkan agar kita selalu berdoa:

Firman Allah SAW:

Ertinya:

"Ya Allah, berilah kami kebaikan didunia dan diakhirat. Dan peliharalah kami dari seksa Neraka."

(Al Baqarah: 201)

Al Quran mewajibkan agar kita selalu memperbaiki akidah, membersihkan jiwa dan memperkukuh rohani. Disamping itu, Al Quran juga memerintahkan agar kita selalu mempersiapkan kekuatan (fizik material) seoptimal mungkin.

Firman Allah SAW:

Ertinya:

"Siapkanlah kekuatan untuk menghadapi mereka, apa saja yang kamu mampu sediakan, termasuk kuda-kuda yang ditambat untuk berperang, supaya dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu…"

(Al Anfal: 60)

Al quran juga memerintahkan agar kita menegakkan Solat dan mengeluarkan Zakat. Kedua hal tersebut adalah faktor yang paling pasti dalam menumbuhkan kekuatan rohani. Disamping itu, Al Quran juga memerintahkan agar kita selalu melakukan kehidupan seimbang.

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Raihlah anugerah Allah untukmu (berupa kebahagiaan) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu melupakan bahagianmu (berupa kenikmatan) duniawi"

(Al Qashash : 77)

Dalam mengeksploitasi kekayaan alam, tidak boleh melupakan perhatian di dalam (menyingkap) rahsia alam.

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Katakanlah: perhatikan segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi…"

(Yunus: 101)

C. JIHAD DENGAN KEKUATAN JASMANI DAN ROHANI

Kita juga diperintahkan agar selalu berjuang di jalan Allah dan mempersiapkan jiwa di dalam jalan kebenaran. Jihad merupakan bentuk konkrit (pengerahan) kekuatan yang paling besar dan paling banyak dalam bergerak dan bertindak. Atas dasar inilah dakwah pada masa Rasulullah SAW ditegakkan. Sebagai misalnya, bermunculan para ahli perang, kerana banyak terjadi peperangan. Bahkan Rasulullah pun menggunakan seragam perang. Beliau ikut dalam peperangan, memimpin pasukan. Kadang-kadang menang, tetapi tidak jarang beliau terluka. Perpaduan dan kekuatan (materi dan rohani) mengalahkan kelompok wasaniyah (penyembah api) penyembahan terhadap api ini telah melemahkan akal dah akhlak bangsa Arab. Kemenangan Dakwah Islamiah juga tidak terlepas dari semangat kepahlawanan.

Islam mengakui bahawa kekuatan rohani yang kukuh, sementara kekuatan materinya terbatas pun mampu mengalahkan kekuatan materi semata (walaupun kukuh).

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Berapa banyak kelompok yang sedikit mengalahkan kelompok yang banyak dengan izin Allah. Allah beserta orang-orang yang sabar."

(Al Baqarah : 249)

Ada contoh yang bagus sekali dalam perang Badar. Kaum Muslimin yang berjumlah 300 orang boleh mengalahkan kafir Quraisy yang berjumlah 1000 orang. Kedua kelompok tersebut sama-sama berbangsa Arab. Walaupun kafir Quaraisy bersenjata lebih lengkap, tetapi kaum Muslimin memiliki kekuatan akidah, akhlak dan mental yang tidak dimiliki oleh orang-orang kafir. Kekalahan kafir Quraisy ini diabadikan oleh Al Quran sebagai hal yang menghairankan dan menunjukkan bahawa ternyata kekuatan rohani mampu mengalahkan kekuatan yang didominasi oleh materi yang didokong oleh kekuatan senjata.

Al Quran juga menampilkan sebuah contoh yang menunjukkan bahawa orang yang didalam dirinya terkumpul dua kekuatan (jasmani dan rohani) dapat memperoleh keuntungan. Ini terjadi pada diri Musa. Dengan kekuatan fiziknya, ia mengambil air untuk dua orang gadis. Ketika berjalan bersama kedua gadis tersebut untuk menemui ayah si gadis, Musa tidak mahu menjeling kepada keduanya kerana malu. Ini juga menunjukkan akhlak Musa yang baik. Akhirnya salah seorang dari dari kedua gadis tersebut berkata kepada ayahnya:

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Wahai bapaku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita). Sesungguhnya orang yang paling baik yang anda ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat dan dapat dipercayai."

(Al Qashash : 26)

Al Quran pun memberi contoh adanya umat yang memiliki dua kekuatan (lahiriah dan batiniah). Mereka memperoleh kebahagiaan dan kemenangan. Umat tersebut adalah umat Muhammad SAW.

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Muhammad adalah utusan Allah. Orang-orang yang bersama beliau bersikap tegas terhadap orang-orang kafir (suatu indiksi atas kekuatan materi dan lahiriah) serta bersikap belas kasihan terhadap sesama (sesuatu indikasi atas kekuatan atau rohaniah). Kamu akan melihat mereka selalu rukuk, sujud, ambil mencari anugerah Allah dan redhanya."

(Al Fath : 29)

Ini adalah hasil perpaduan antara dua kekuatan, yang menjadi unsur paling penting bagi suatu umat yang memperoleh kebahagiaan.

D. PUASA MENYATUKAN KEKUATAN JASMANI

Puasa yang diwajibkan Allah keatas setiap umat Islam, didalamnya terdapat nasihat yang menyatukan dua kekuatan: jasmani dan rohani. Dengan perpaduan yang sangat erat dan saling berkait rapat dari dua kekuatan itu, akan mendatangkan hasil yang luar biasa.

Dari segi kesihatan, misalnya puasa akan menumbuhkan kekuatan jasmani; tahan terhadap berbagai penyakit dan terbukti mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan terbukti mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sedangkan dari segi rohani, puasa akan memberi tiga kekuatan rohani yang memiliki kesan positif, baik dari segi individu mahupun masyarakat.

Pertama, adalah sabar. Seorang muslim selama berpuasa dibulan Ramadhan selalu bersikap sabar dalam menahan rasa lapar dan dahaga. Dia akan meninggalkan segala kebiasaan yang biasa dilakukan pada siang hari diluar Ramadhan, misalnya menikmati minuman segar dan lain-lain. Dia bersabar dalam menghadapi segala rintangan tersebut, disedari atau tidak.

Itu dilakukan bukan kerana takut dipenjara, atau kuatir didatangi musibah, baik kepada dirinya mahupun harta bendanya. Sebuah bentuk kesabaran dalam (menuruti) kelazatan hawa nafsu adalah lebih besar manfaatnya bagi diri sendiri, menghindar dari rintangan atau merasa takut akan datangnya seksa.

Seorang tentera yang tidak pernah mengetahui hakikat puasa pada hari-hari biasa, tidak akan mampu bersabar dalam menahan lapar ketika ditengah-tengah peperangan, di saat dia telah dikepung dan terpisah dari bala tenteranya yang lain. Sebaliknya seorang tentera muslim yang mampu menahan lapar dalam satu bulan penuh setiap tahun dan lima belas jam dalam setiap harinya, siap menghadapi kemungkinan pahit. Mereka sanggup untuk tidak merokok, minum teh atau kopi.

Walaupun ia termasuk dalam golongan yang ketagihan, mereka sudah biasa menahan kebiasaan itu didalam bulan puasa. Saya sendiri sempat menyaksikan pada hari-hari berkecamuknya perang dunia kedua, bagaimana mereka harus mengongsi dan menjadi tawanan. Ketika bekalan makanan terputus dari kami selama beberapa hari, bagi mereka yang biasa berpuasa, boleh bersabar dalam keadaan itu. Kejadian ini sudah jadi seperti kebiasaan dalam hidup mereka. Kita boleh mengerti mengapa mereka mampu bersikap sabar dengan sangat menakjubkan. Bayangkan bagaimana nasib mereka yang tidak pernah mengenal puasa atau tidak terbiasa?.

Sabar menghadapi segala kesukaran merupakan sebuah kekuatan yang hakiki. Kekuatan tersebut lebih dasyat daripada kekuatan senjata yang digunakan oleh umat Islam dalam sesuatu peperangan. Sabar terhadap suatu rintangan yang terjadi di tengah-tengah peperangan adalah faktor yang paling penting bagi mereka untuk mengalahkan musuh-musuhnya. Kami melihat bahawa kesulitan yang terbesar dalam memimpim peperangan pada saat ini adalah (memberi) bekalan makanan bagi para tenteranya dan hiburan kerana meninggalkan tanah air dan keluarganya. Banyak sekali tentera-tentera asing (kafir) yang kita lihat disertai oleh kelompok wanita untuk menghiburkan mereka dimedan perang.

Bandingkan dengan tentera Muslimin. Mereka berangkat meninggalkan Jazirah Arab untuk melakukan peperangan hingga bertahun-tahun. Dan kita tidak jumpai adanya kesulitan berkaitan makanan mahupun kehidupan. Berkaitan dengan bekalan makanan, tentera Islam tidak memandang kelazatan terletak dimakanan dan minuman, tetapi kelazatan diperolehi ketika mati Syahid dengan jaminan Syurga.

Tiadalah makanan bagi mereka kecuali sekadar memenuhi keperluan bagi mendapat kekuatan jasmani. Jika mereka menemukan (dalam peperangan itu) daging dan susu, mereka memakannya bukan supaya kenyang. Jika tersedia bagi mereka hanya sebiji kurma dan air kosong, maka mereka pun memakannya (dan merasa puas). Bahkan seandainya tidak tersedia makanan apapun dalam beberapa hari, mereka mampu menahan nafsunya seperti pada hari-hari panas di bulan Ramadhan.

Adapun bentuk kesenangan yang menjadi salah satu faktor (terbentuknya) kekuatan mental, kesucian Iman dan kemuliaan akhlak adalah kesenangan yang membawa dirinya menuju penigkatan ibadah. Ya, demi Allah sungguh mereka boleh menghibur dirinya dan mampu mengalahkan musuh-musuhnya dengan kekuatan ibadah ditengah malam.

Mereka melakukan solat tahajjud, membaca Al Quran mempelajari ilmu pengetahuan dalam beberapa saat sebelum masuk waktu subuh. Ternyata dengan begitu mereka menemukan kekuatan rohani atau mental, kepuasan hati. Mereka melakukan itu setiap kali tamat peperangan. Ketika selesai dari melaksanakan solat Isyak, mereka tidur dibawah khemah dalam beberapa saat. Tengah malam bangun untuk melaksanakan Qiyammullail (solat malam). Mereka dapat menemukan ketenangan batin dengan bermunajat kepadanya dan menyenangkan dirinya dengan berzikir dan membaca Al Quran.

Begitulah yang mereka lakukan. Apakah anda pernah dengar sebab-sebab Al Quran dibukukan pada masa pemerintahan Uthman Bin Affan? Beliau pernah mendengar ayat yang dibaca oleh Huzaifah bin Alyaman, salah seorang komanden tentera Islam dalam menghadapi tentera Azerbaijan. Dia menemukan perbezaan bacaan ayat Al Quran yang dilakukan oleh para Mujahidin (pejuang Islam), ketika mereka mengelilingi perkhemahan pada malam hari menjelang solat subuh. Memang mereka selalu membaca Al Quran sehingga suara mereka terdengar seperti dengungan lebah.

Inilah rahsia pertolongan yang hakiki itu, yang telah ditulis oleh sejarah. Ini juga sekaligus menjadi rahsia kekalahan tentera Parsi dan Rom hingga mereka menemui kehancuran. Mereka boleh dihancurkan kerana mentalnya yang lemah dan keinginan hatinya untuk mendapatkan semangat perjuangan dan nilai-nilai yang baik. Hal ini telah ditunjukkan oleh tentera-tentera di Negara-negara barat. Dalam melakukan peperangan, minuman keras dan wanita-wanita pelacur tidak pernah tertinggal disisi mereka. Mereka pun tidak pernah merasa puas kecuali jika telah tersedia makanan dan minuman yang beraneka ragam.

Kedua: adalah taat. Seorang yang berpuasa yang meninggalkan makanan, minuman dan kebiasaan-kebiasaannya adalah semata-mata melaksanakan perintah Allah dan sebagai bentuk ketaatannya kepada Rasulullah SAW. Dengan perasaan tulus dia laksanakan ketaatan ini. Hal ini kadang-kadang dirasakan oleh dirinya ringan atau berat.

Tetapi cukup kuat keimanannya bahawa Allah adalah Tuhannya, Rasulullah adalah Nabi dan pemimpinnya. Dalam keIslamannya berjanji untuk tunduk dan patuh pada Allah dalam keadaan senang mahupun susah. Dengan demikian, tentera Islam yang hakiki adalah memiliki tingkat ketaatan yang paling tinggi (kepada Allah dan Rasulnya). Dari sini muncullah dalam dirinya jiwa semangat dan Iman.

Apakah Khalid, mampu mencapai darjat yang tinggi ini?. Ketika menjadi panglima, dia terpisah dari pasukannya, padahal ia berada di tengah-tengah medan perang. Selanjutnya padahal tongkat kepimpinannya kepada orang lain. Lantas ia merempuh sendirian ditengah-tengah tentera musuh dengan semangat yang tinggi dengan mengucapkan kalimah " Sungguh, aku berperang demi Tuhannya Umar, bukan demi Umar!" Apakah mungkin hal ini dapat terjadi dalam diri Khalid seandainya Islam tidak menamatkan dalam jiwanya akhlak yang tinggi.

Khalid telah menyatukan dengan puasa, solat dan ibadah-ibadah lainnya. Apakah teladan-teladan dan yang agung tersebut dapat terjadi dalam sejarah Abu Bakar Al Siddiq, Umar Al Khattab, Khalid Alwalid, Saad bin Abi Waqas dan pejuang-pejuang Islam lainnya, seandainya bukan kerana puasa, yang mampu mencetak dalam jiwa mereka ketaatan yang sepenuhnya, sehingga antara satu dengan lainnya saling bersikap tawadhuk dan masing-masing ingin berjalan di belakang (tidak ghairah menjadi pemimpin).

Apa yang kamu perhatikan dari pasukan Usman, yang dikirim oleh Rasulullah menjelang wafat beliau? Dalam pasukan itu, terdapat tokoh-tokoh kaum Muhajirin dan Ansar, seperti Abu Bakar, Umar, Usman, dan Khalid yang mesti patuh dibawah kepimpinan seorang pemuda, Usamah bin Zaid yang baru berumur 20 tahun. Dan apa yang kamu perhatikan dari perkataan Abu Bakar kepada umar. Ketika Rasulullah SAW wafat tentang kepimpinan diantara mereka? Ia berkata kepada umar: Rasulullah SAW menjadikan kamu seorang Wali (pemimpin), jangan hiraukan saya!" apa yang kalian lihat dari bentuk ketaatan yang cukup mengagumkan terhadap nasihat seorang pemimpin (pegawai) tertinggi, Rasulullah baik dikala beliau masih hidup mahupun sesudah wafat? Bukankah semua ini kerana adanya pengaruh puasa dalam mendidik umat Islam dengan sikap ketaatan yang terpuji kepada pemimpinnya? Memang benar, dan sejarah telah mencatatnya.

Ketiga: Adalah teratur dan berdisiplin. Setiap orang Islam pada bulan Ramadhan selalu makan teratur , tidur teratur dan bangun tidur pun teratur. Masyarakat Islam pada bulan Ramadhan merupakan bentuk masyarakat yang sangat menonjol sikap disiplinnya. Indikasinya adalah, pada siang harinya semuanya berasa lapar, menjelang matahari tenggelam mereka sama-sama menyiapkan makanan untuk berbuka. Ketika Maghrib tiba, mereka berbuka puasa bersama-sama. Setelah itu melaksanakan solat Isyak, Terawikh dan solat fajar bersama-sama.

Sungguh suatu bentuk kedisiplinan yang tiada tandingnya dari umat mana pun. Kedisplinan yang berasaskan kepada kesamarataan antara yang tua dan yang muda, antara yang alim dan yang jahil, antara pemerintah dan masyarakat, antara yang kaya dan yang miskin. Mereka tidak dibezakan sedikit pun baik dari segi darjat (status sosial) mahupun individu. Memang inilah faktor terpenting yang perlu mendapat perhatian kaum cendiakawan; suatu method yang paling baik untuk membina ketaatan dan kedisiplinan umat.

Inilah akhlak yang utama, yang ditanamkan oleh puasa kepada setiap jiwa orang Islam, berupa kesabaran, ketaatan dan kedisiplinan. Pernahkah anda melihat suatu umat yang telah dihiasi oleh kekuatan mental ini, lantas runtuh? Pernahkah kamu lihat suatu tatanan masyarakat yang telah dikuatkan oleh akhlak ini, dalam sendi-sendinya mampu ditebus kehancuran?

Ketahuilah, demi Zat yang telah mengutus Muhammad dengan benar, seandainya sekarang ini kita memiliki akhlak dan mental ini disaat bertempur melawan Israil, nescaya hal itu memiliki senjata rohani yang kuat, nescaya bentuk penjajahan didunia arab dan Islam itu hanya sekadar hikayat (metos). Seandainya kita mampu berakhlak dengan akhlak-akhlak ini, disamping sokongan kekuatan materi, nescaya kita mampu merebut bendera peradaban dari tangan orang barat atau asing.

Wahai saudaraku seiman! Janganlah kamu lupa untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Melalui puasa itu Allah akan menganugerahkan orang yang kuat dan percaya bagimu. Kerana itu takutlah kamu dari ditinggalkan bulan Ramadhan. Jika Ramadhan telah tamat, kamu boleh menjadi orang yang lemah (mental) dan pengkhianat.

Wahai anak-anak bangsa! Janganlah kamu lupa untuk melaksanakan Puasa Ramadhan. Melalui Ramadhan, Allah akan menjadikan anda suatu umat yang mampu bersikap tegas kepada orang kafir tetapi bersikap ramah (kasih sayang) kepada sesamanya. Kerana itu kalian pantas ketakutan, sementara Ramadhan telah habis sedangkan kalian ternyata seperti orang yang digambarkan dalam Al Quran;

Firman Allah SWT:

Ertinya:

"Apabila engkau melihat mereka, nescaya engkau taksub, kerana (kecantikan) tubuhnya, dan jika mereka bercakap-cakap engkau dengarkan perkataannya (kerana fasih). Seolah-olah mereka batang kayu yang tersandar (ke dinding). Mereka mengira tiap-tiap teriakan suara adalah terhadap mereka. Mereka itu sebenarnya musuh, sebab itu waspadalah engkau terhadap mereka. Dibinasakan Allah juga hendaknya mereka itu! Bagaimanakah mereka berpaling (dari kebenaran)."




0 komentar:

Post a Comment

Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA