Technologi Skuter



Tiap kali membaca posting di blog tentang motor pasti ujung ujungnya membahas tentang penerapan teknologi “canggih” pada motor harian. Tetapi kalau dipikir lebih dalam apakah memang perlu sebuah motor yang hanya akan digunakan sebagai sarana trasportasi titik memiliki teknologi “canggih” ? Bukankah justru merupakan hal yang mubazir bila teknologi canggih tersebut tidak memberikan keunggulan yang signifikan dibanding teknologi konvensional ?

* Fungsi senapan : Menembakan peluru dengan tepat ke sasaran yang dituju
* Fungsi motor oprasional : Mengantarkan penggunanya ke tempat tujuan dengan aman dan nyaman

Masih ingat tentang senapan canggih buatan amerika bernama G11 ? sebuah senapan yang dirancang memiliki akurasi luarbiasa akurat karena menggunakan sistem elektro magnetik sehingga untuk menembakan pelurunya tidak membutuhkan mesiu. Walhasil saat menembak sasaran senapan G11 tidak menghasilkan recoil sama sekali. Bertolak belakang dengan senapan Avtomat Kalashnikov 47 atau lebih dikenal dengan AK-47. Senapan serbu paling primitif , pertama kali dibuat tahun 1947. Menggunakan baja stamping dan mekanisme sederhana AK-47 hanya akurat bila ditembakan pada jarak kurang dari 400 meter. Laras yang pendek membuat suara yang keras dan menghasilkan recoil yang besar. Tetapi apakah AK 47 kalah bila dibandingkan dengan G11 ? Tidak! Karena kini proyek G11 justru gagal di tengah jalan, sedangkan meski sudah berumur 60 tahun lebih AK-47 masih di produksi hingga saat ini. Karena fungsi dasar senapan adalah : Menembakan peluru dengan tepat ke sasaran yang dituju plus memiliki ketahanan dan kemudahan oprasional baik onderdil, amunisi dan harga yang murah. Jadi bila dihitung hitung kesederhanaan pada AK-47 menjadi nilai tambah dibanding G11 yang canggih tetapi mahal.

Kategori “Canggih” untuk konsumen indonesia

Sebelumnya ada baiknya memahami status “Canggih” bagi masyarakat Indonesia. Sebuah motor akan dianggap memiliki teknologi canggih bila menerapkan teknologi yang tidak terdapat pada motor ”biasa” keluaran tahun 80-90an, seperti radiator, injection, sasis deltabox, Side stand switch, Turn sign auto off, transmisi automatis dan yang paling segar adalah penerapan speedo digital. Bila sebuah produk memiliki 2 atau tiga dari fitur tersebut maka motor tersebut akan dikategorikan “canggih” bagi konsumen di tanah air. Padahal teknologi tersebut sudah ada sejaka belasan tahun yang lalu, tetapi karena terlanjur menjadi nilai plus sebuah produk maka kita dapat menjadikan teknologi tersebut sebagai barometer motor “canggih” melawan motor berteknologi biasa.

Motor “Canggih” vs Motor “Biasa” dalam penggunaan harian

Bila kita membandingkan sebuah produk dengan produk lainya mungkin akan menjadi begitu subjektif maka komparasi kali ini kita akan melakukan komparasi teknologi “Canggih” tersebut melawan teknologi “Biasa” dalam penggunaan harian.

1. Radiator (Yamaha Jupiter MX, V-Ixion, Honda Vario)

Penggunaan radiator memang sangat berguna buat motor berperforma tinggi ataupun bermesin besar, namun bila motor bermesin dibawah 150cc tetapi menggunakan radiator mungkin akan menjadi janggal. Karena dengan kapasitas mesin yang “hanya” segitu sampai perlu menggunakan radiato segala, bukankah buat mesin dengan kapasitas tersebut mengunakan pendingin udara sudah cukup ?

(+) Mendinginkan mesin lebih baik dibandingkan hanya menggunakan udara

(+) Dengan adanya radiator membuat mesin motor terlihat lebih besar

(-) Bila Radiator bermasalah mesin akan lebih mudah overheating

(-) Harga Motor menjadi lebih mahal

(-) Menambah bobot motor

2.Injection (Yamaha V-ixion, Honda CBR 125 Eropa)

Teknologi yang satu ini memang menjadi perdebatan hangat dikalangan bikers, namun dikalangan penggemar moge, sepakat bahwa mesin berkarburator lebih sip karena bila terjadi masalah saat touring ke luar kota mesin injeksi lebih sulit diperbaiki dibanding mesin berkarburator.

(+) Mesin lebih hemat

(+) Polusi udara yang dihasilkan bisa diminimalisir

(-) Bila terjadi kerusakan lebih rumit untuk memperbaikinya

(-) Bila dibandingka kerburator biaya produksinya lebih mahal

(-) Sulit merubah seting

3.Sasis Deltabox (Yamaha V-ixion, Suzuki FXR, Honda CBR 150, Kawasaki Ninja)

Entah apa yang membuat sasis deltabox dikategorikan canggih, soalnya sampai lebaran monyet :mrgreen: pun tidak semua motor menjadi lebih baik bila menggunakanya, bayangkan bila skutik menggunakan deltabox, patsi aneh kan?

(+) memiliki struktur yang lebih kuat dibanding sasis diamond

(+) lebih ringan sehingga dapat menekan bobot motor yang berujung pada penghematan bbm

(-) tidak semua motor cocok menggunakan sasis deltabox

(-) biaya pembuatanya lebih mahal

4.Side Stand Switch (Honda Vario)

Mungkin kita sepakat bahwa tidak ada sisi negatif pada teknologi yang satu ini, karena disamping dapat mencegah motor berjalan sendiri atau tanpa sengaja perseneling masuk dan pedal gas dibuka teknologi ini memastikan bahwa ketika berjalan standar samping motor dalam kondisi terlipat.

(+) meningkatkan keamanan

5.Turn Sign Auto Off (Bajaj Pulsar 180 DTSi)

Niatnya meniru teknologi mobil tetapi menurut pemilik motor dengan teknologi ini justru bikin repot karena sering mati sendiri, apakah ini merupakan tanda bahwa sistem turn sign auto off merupakan teknologi yang gagal ?

(+) memastikan lampu sign mati sesaat setelah lampu tidak diperlukan

(-) sering kali bikin repot pengendaranya

6. Speedo meter Digital (Bajaj Pulsar 180 DTSi, Multistrada)

Keren dan kesanya canggih, namun sebenarnya teknologi seperti ini juga memiliki kelemahan disana sini, terutama buat kita yang tinggal di negara tropis. Tergantung darimana melihatnya. Dahulu mobil mobil masal produksi jepang sempat menggunakanya namun kemudian ditinggalkan, kalaupun kini ada mobil yang menggunakanya adalah Mercedes type W222 (S-Class) tetapi bukan merupakan speedo digital melainkan layar LCD komputer berkapasitas 20 gb yang juga berfungsi seperti I-Drive pada mobil BMW.

(+) Lebih akurat

(+) Dengan menggunakan satu layar dapat menunjukan berbagai macam informasi sehingga menghemat tempat

(+) Ongkos produksi murah

(-) Sulit dibaca dikala terik matahari

(-) Didalam cuaca extrim rentan rusak

(-) Sulit di perbaiki

Transmisi Otomatis (Kymco Jetmatic, Honda Vario, Yamaha Mio, Nuovo, Vespa Corsa)

Diperkenalakn kepada masyarakat indonesia mejelang sea games 1997 satu dekade yang lalu melalui produk Kymco. Kini motor bertransmisi laris bak kacang goreng. Disamping menawarkan kemudahan dan kenyamanan kini masyarakat sudah percaya akan ketahanan produk yang menggunakan transmisi otomatis ini.

(+) Mudah pengoprasianya terutama dibanding motor yang menggunakan kopling

(+) Nyaman digunakan terutama didalam kondisi macet

(+) Biaya produksi murah

(-) Kurang performa, menyulitkan saat ingin bermanufer atau mendahului kendaraan di depanya

Kesimpulanya :

Mungkin sekarang tegantung konsumen itu sendiri, apakah dengan teknologi “Canggih” yang ditawarkan sesuai dengan kegunaanya, atau malah sebenarnya teknologi tersebut merupakan hal mubazir yang kegunaanya justru tidak sebanding dengan harganya? Asal jangan justru semakin “canggih” teknologi pada motor justru menjadi nilai minus dimata konsumen?


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA