Hiv,Aids Dan Solusi Islam

HIV berarti Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular pada manusia. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yang melindungi tubuh terhadap infeksi. Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menularkan orang lain.
Sedangkan AIDS berarti Acquired Immune Deficiency Syndrome. Mendapatkan infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan akan semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi oportunistik.
Penyakit yang tidak memandang umur, lapisan masyarakat dan gender ini sudah menjadi hal utama yang harus diberikan kepedulian ekstra. Berdasarkan data yang ada, kini pengidap HIV dan AIDS tercatat sebanyak 14.628 kasus. Sebagian pengidap penyakit ini berumur 20 -29 tahun dan juga menyerang anak berusia dibawah 15 tahun. Terlalu muda untuk generasi yang masih mempunyai jalan yang panjang dan juga masa depan yang lebih baik.

JJumlah Penderita

menurut statistik internasional yang terakhir di perbaharui pada November 2007, orang yang hidup dengan HIV sebayak 33,2 juta orang di seluruh dunia yang terbagi menjadi 30,8 juta orang dewasa, 15,4 juta wanita, 2,5 juta anak-anak dibawah usia 15 tahun. Kasus baru HIV yang ditemukan pada tahun 2007 sebanyak 2,3 juta kasus yang terdiri dari 2,1 juta orang dewasa dan 420.000 anak-anak dibawah usia 15 tahun (situs worlaidsday.org). Untuk Indonesia, menurut data Kementrian Kesehatan pada Juni 2007 menyebutkan jumlah kasus AIDS di Indonesia meningkat menjadi 9.689 kasus, dan 82 persen diantaranya menimpa penderita usia produktif (15-49 tahun).

Di makassar sendiri, berdasarkan data Care Support and Treat (CST) sebanyak 70 % atau 112 kasus dari total 169 kasus HIV/AIDS yang ditangani Rumah Sakit (RS) Dr Wahidin Sudirohusodo, sepanjang tahun 2004-2006, berasal dari kalangan pelajar SMA dan mahasiswa. Lebih lanjut, berdasarkan data RS Wahidin yang merupakan rumah sakit rujukan kasus HIV/AIDS di Sulsel dan Sulbar diketahui, total Orang dengan HIV/AIDS (Odha) yang meninggal sejak tahun 2004 hingga 2007 mencapai 107 orang, dengan rincian 92 laki-laki dan sisanya 15 orang perempuan. Khusus sepanjang tahun 2007, sejak Januari hingga Mei, tercatat 16 Odha yang dirawat di RS Wahidin meninggal dunia dalam usia produktif. Sedang total yang dirawat inap sejak Januari hingga Mei 2007 sebesar 53 orang. Lebih rendah dari periode yang sama tahun 2006 lalu yakni 130 orang

Tidak Sebatas Hari Peringatan. LAWAN

Seperti tahun 2007 kemarin, tema yang diangkat masih tema KEPEMIMPINAN, dengan slogan kampanye, “Stop AIDS, Keep the Promise (Stop AIDS, Tepati Janji).

Dunia telah menetapkan 1 Desember menjadi Hari AIDS Sedunia. Diharapkan dengan adanya Hari AIDS Sedunia, masyarakat lebih bisa peduli akan bahaya AIDS dan mengetahui bagaimana penanggulangan dan juga pencegahan penyakit ini. Berbagai upaya sudah dilakukan dari berbagai sektor, baik dari Lembaga pemerintah, LSM, Swasta maupun kelompok masyarakat peduli AIDS.

Terlepas dari peringatan hari AIDS sedunia yang orang-orang pun berlainan cara untuk memperingatinya, jelasnya bahwa AIDS merupakan salah satu fenomena yang telah mendunia. Penyakit ini menyerang siapa saja, tidak pandang bulu. Semuanya bisa terserang penyakit membahayakan ini. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang memiliki stoke orang dengan HIV/AIDS (ODA) terbesar.

Tentunya ini juga menjadi keprihatinan kita bersama. Kita tidak akan diam begitu saja melihat monster ini terus berkembang, minimal kita punya keprihatinan melihat kondisi seperti itu dengan tidak menambah lagi stoke ODA di Indonesia.

Indonesia sebagai negara berkembang harus lebih mewaspadai akan bahaya dari penyakit HIV/AIDS. Penyakit ini layaknya fenomena gunung es. Kondisi seperti itu sangat berbahaya bagi kehidupan bangsa Indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya. Penyakit ini berpengaruh pada seluruh sendi kehidupan, tidak hanya merusak secara fisik, namun juga merusak secara sosial. HIV/AIDS mengakibatkan terhambatnya produktifitas seseorang karena virus tersebut merusak seluruh jaringan dalam tubuh penderita dan mereka yang mengidap biasanya meninggal dalam usia muda.

Hal yang paling Real untuk melakukan perlawanan terhadap penyebaran HIV AIDS adalah dengan cara menghindari pergaulan bebas. Walaupun bukan sebagai satu-satunya sumber, Seks bebas tetaplah merupakan faktor yang cukup dominan dibandingkan dengan penularan melalui jarum suntik (kesalahan medis, juga pemakaian narkoba), melalui keturunan (penurunan gen dari ibu yang mengidap AIDS ke anak yang dilahirkannya).

Sekedar mengamati, telah terjadi pergeseran nilai di dalam tatanan kehidupan sosial-budaya kita. Negara indonesia yang dulunya terkenal agamis dan memiliki nilai-nilai budaya yang luhur kini musnah sudah dihantam badai globalisasi yang membawa arus informasi dan budaya barat yang jauh dari tatanan nlai-nilai ketuhanan. Semuanya atas nama modernitas, serbuan media yang sudah terlanjur dibuka krannya ternyata memberi dampak negatif tersendiri. Pop Culture masuk ke negeri ini tanpa sensor atau filter moral. Parahnya, serbuan ini tak terbendung dan menjadikan kalangan tua semakin permissive menerimanya bahkan ikut-ikutan menerimanya. Salah satunya seks bebas sudah menjadi bagian tak terpisah dari Pop Culture yang sudah menjadi kecendrungan budaya di Indonesia.

Peran Penting Ajaran Agama

Sejatinya, dengan mengamalkan ajaran agama diharapkan mampu menjadi benteng moral bagi setiap pribadi. Namun sangat disayangkan sakralitas agama mengalami dekonstruksi yang luar biasa dahsyatnya. Liberalisme yang merasuk ke segala aspek kehidupan menjadi salah satu katalis bahkan dianggap sebagai biang desakralisasi agama dalam kehidupan. Hal ini disadari atau tidak, berimplikasi pada kehidupan beragama yang kian hari kian luntur. Agama mulai ditinggalkan, bisa jadi hanya tinggal prosesi budaya kering makna. Masyarakat akan kembali pada agama manakala terjadi prosesi kelahiran, khitanan, pernikahan, terakhir ditimpa kematian. Agama hanya menjadi simbol budaya tapi tidak perilaku keseharian. Beragama minus Tuhan di dalamnya.

Tarulah sebagai contoh perilaku agama yang ditinggalkan. Tentang larangan untuk berlaku zina dan sistem pergaulan laki-laki dan perempuan dalam Islam. Toh kini peringatan tabu dari Tuhan tersebut kini dilabrak dengan budaya pergaulan bebas yang di import dan ditelan bulat-bulat dari budaya dan peradaban jahiliyah modern (barat).

Masalah HIV/AIDS boleh jadi lebih tepat disebut sebagai cobaan, ujian yang buruk atau peringatan keras Tuhan kepada manusia. Terhadap cobaan buruk ini Tuhan memperingatkan agar semua orang waspada dan berhati-hati, serta menghindari perbuatannya. Al-Qur’ân menyatakan: “Berhati-hati dan jagalah diri kamu dari sebuah “fitnah” (cobaan buruk) yang tidak hanya menimpa mereka yang melakukan kezaliman (penyimpangan)”. ( Q.S. al-’Anfâl [8]:25).

Ini merupakan perintah Tuhan untuk pencegahan dari semua perbuatan yang buruk yang diarahkan terhadap semua orang yang berada dalam lingkungan sosial yang buruk. Jika persoalan HIV/AIDS bukan hanya dipandang sebagai masalah medis dan kesehatan fisikal, melainkan merupakan masalah sikap mental dan gaya hidup, maka pencegahan harus dilakukan melalui perubahan atasnya.

Mempropagandakan pemakaian kondom bukanlah solusi yang dapat menyelesaikan masalah, malah yang pasti menimbulkan masalah baru. Selain melanggengkan seks bebas, juga AIDS bakal makin merajalela.

Solusi Islam

Menurut Islam, siapa saja yang melakukan seks bebas akan diganjar sanksi hukum segera setelah persyaratan sanksi tersebut terpenuhi. Seperti pelaku perzinahan, mereka akan dirajam untuk yang sudah (pernah) berkeluarga, dan akan dijilid (cambuk) bagi yang masih lajang. Dengan demikian, Daulah Khilafah (negara Islam) akan menertibkan, lebih tepatnya memberangus tanpa ampun segala bentuk pergaulan bebas, perzinahan, dan prostitusi. Kemudian menghukum kaum homoseks dan lesbi. Karena semua itu adalah ‘pintu gerbang’ penyebaran AIDS secara efektif. Bagaimana dengan yang sudah kena AIDS seperti sekarang? Mereka harus dikarantina, jangan sampai mereka menularkan ‘benih’ virus HIV yang ada di tubuhnya ke orang lain.

Memang harus demikian caranya, sebab membabat penyebaran AIDS, hanya dengan meminggirkan kompleks pelacuran, dengan dalih mengganggu keindahan kota, atau membuat lembaga konseling remaja tentang AIDS tidak bisa menyelesaikan masalah. Satu-satunya cara hanya dengan memberlakukan tiga kontrol yang didapat dari perspektif Islam, pertama kontrol individu, yakni takwa individu harus terjaga dengan baik, kemudian yang kedua kontrol masyarakat, masyarakat harus sepakat bahwa pelecehan seksual, pelacuran, pergaulan bebas adalah dilarang oleh Islam, kemudian kontrol yang ketiga adalah kontrol negara, negara tidak memberi ruang apalagi memfasilitasi sarana-sarana kemaksiatan yang menjurus kepada perilaku zina dan pergaulan bebas.


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © ABDYA ACEH INDONESIA